KETIK, SIDOARJO – Ini kabar tentang nasib Jembatan Shiratal Mustaqim. Yang wujud hakikinya hanya ada di akhirat, tetapi namanya sudah muncul di Kabupaten Sidoarjo. Tepatnya, di Desa Klurak, Kecamatan Candi. Jembatan itu sudah menelan banyak korban jatuh. Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali hadir demi menolong rakyatnya.
Jumat (23/6/2023) siang. Matahari begitu terik, ratusan warga Desa Klurak dan Balongdowo sudah berdesakan di pinggir kali. Mereka menunggu kehadiran Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali. Yang mereka nanti akhirnya tiba. Pemimpin muda yang karib disapa Gus Muhdlor itu akan meletakkan batu pertama proyek pembangunan jembatan di sungai desa setempat. Hadir pula Wakil Ketua DPRD Sidoarjo Kayan SH.
Kontraktor pelaksana, PT Mulyo Jaya Makmur, punya tugas tidak main-main. Membongkar dan membangun kembali Jembatan Shiratal Mustaqim. Konstruksi kayu diganti beton dan besi. Dari selebar kurang dari 1,5 meter menjadi 2,4 meter, panjangnya 24 meter di atas sungai desa.
”Insya Allah bisa dilewati mobil. Tapi, sing lebih penting bakul kupang nggak ngguling,” ungkap Gus Muhdlor.
Kata-kata itu disambut warga dengan tawa dan tepuk tangan bahagia. Dia berharap proyek jembatan tersebut berjalan lancar. Bermanfaat bagi warga Desa Klurak dan Balongdowo. Yang sering melewatinya dengan ancaman bahaya.
Itulah mengapa jembatan itu disebut Shiratal Mustaqim. Karena sempit. Hanya bisa dilewati sepeda motor. Tidak cukup untuk papasan. Tiangnya dari batang kayu dan sudah lapuk. Memang ada beton, namun kondisinya sudah tidak terawat. Lantainya pun dari papan kayu yang isambung-sambung. Kalau pas hujan pasti licin. Ndrawasi.
Sudah tidak terhitung berapa banyak yang jatuh tercebur ke sungai. Bareng sepeda motornya. Ada pedagang kupang. Juga warga yang butuh jalan pintas antardesa. Anak-anak sering jatuh saat bermain. Tragis.
Tragedi pernah menimpa keluarga Sekretaris Desa Balongdowo Moh. Yatim. Tahun lalu, keluarganya jatuh ke sungai gara-gara terpeleset. Istri, anak, dan cucunya kecemplung kali bersama sepeda motor. Ada pula korban pedagang kupang dan nelayan yang lewat naik motor trail. Kebanyakan tergelincir lumpur.
”Untunglah tidak sampai ada korban jiwa,” kata Camat Candi Luchman Sanjaya.
Warga bukannya tidak pernah merawatnya. Berkali-kali Pak Bodong, tokoh warga setempat, memperbaiki jembatan Shiratal Mustaqim ini. Tiang diganti dan dikuatkan lagi. Papan lantainya didandani sekaligus dibersihkan. Biayanya swadaya. Masalahnya jembatan kurang lebar, sempit.Gus Muhdlor (kiri) berada di dekat emak-emak dan anak-anak yang sedang asyik makan bakso di pinggir sungai Desa Klurak, Kecamatan Candi. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
Padahal, fungsinya sangat vital dan strategis. Masyarakat menggunakannya sebagai akses cepat lewat Balongdowo dan Klurak menuju ke Jalan Lingkar Timur. Kemudian mengarah ke berbagai lokasi. Bersekolah, berdagang, maupun bekerja di kantor dan perusahaan, baik ke Sidoarjo maupun Surabaya.
Karena itu, dimulainya pembangunan jembatan oleh Gus Muhdlor benar-benar menjadi kabar bahagia. Warga bersukacita. Mereka mengadakan doa bersama, tahlilan, dan makan bersama. Sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan terima kasih kepada Pemkab Sidoarjo.
Gus Muhdlor menjelaskan, pembangunan Jembatan Shiratal Mustaqim akan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat. Khususnya, warga Desa Klurak dan Desa Balongdowo. Mobilitas dan aksesibilitas meningkat dan ekonomi lokal terdorong tumbuh. Anak-anak semakin mudah mengakses pendidikan. Warga gampang mendapatkan layanan kesehatan.
”Kami berkomitmen terus meningkatkan infrastruktur di Kabupaten Sidoarjo. Tidak hanya di Candi, tapi juga di desa dan kecamatan lain. Demi kemakmuran masyarakat,” ungkap bupati berusia 32 tahun tersebut.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Sidoarjo Dwi Eko Saptono mengatakan, Jembatan Shiratal Mustaqim akan dibangun dengan kemampuan menahan beban sampai 20 ton.
Proyek jembatan ini merupakan bagian dari program pembangunan infrastruktur yang dicanangkan Pemkab Sidoarjo untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Diharapkan rampung tepat waktu.
Warga Klurak dan Balongdowo berencana mengadakan syukuran setelah jembatan selesai. Nanggap wayang. Gus Muhdlor pun dengan senang hati menyetujui rencana itu. ”Monggo nanggap wayang. Sing penting njenengan semua rukun dan guyub. Saget nopo mboten?”
Serempak ratusan orang menjawab, ”Sageeeeet.”
Gus Muhdlor, rupanya, masih ingin menyenangkan warganya. Di sekitar jembatan, dia melihat ada warung, pedagang bakso dan penjual cilok. Semuanya diborong untuk warga. Anak-anak dan emak-emak pun royokan. Makan pentol, tahu, siomay. Sampai belepotan kecap dan saos.
Dagangan bakso seharga Rp 700 ribuan itu milik Hendri (31). Cilok dan tahu senilai Rp 250 ribuan itu milik Yanto (40) Semuanya ludes. Habis dijadikan pesta. Meski kewalahan karena diserbu warga, merekat bisa tertawa.
”Alhamdulillah. Hari ini nggak perlu keliling lagi,” ucap Yanto senang. Di pinggir kali, tukang-tukang penggarap proyek ternyata juga ikutan pesta pentol. (*)