KETIK, SLEMAN – Darurat sampah saat ini masih melanda Kabupaten Sleman. Dampaknya ketika melintasi sejumlah titik jalanan di seputar Bumi Sembada sudah tidak senikmat dulu lagi.
Pantauan Ketik.co.id, penyebabnya ada sesuatu yang tidak sedap di pandang mata. Belakangan sangat mudah ditemukan keberadaan sampah yang berserakan di pinggir jalan, didepan rumah penduduk, bahkan di bak sampah pun kondisinya sampai berbau busuk menyengat membuat kita prihatin.
Dosen Universitas Tidar Magelang Chaidir Iswanaji SE M.Ak, mencoba mengkaji masalah ini. Seperti masyarakat pada umumnya, menurutnya, warga Sleman juga ingin melihat kota, jalan dan lingkungan sekitar bersih sehat dan enak di pandang mata.
Pria kelahiran 8 Maret 1976 yang dikenal memiliki kepedulian lingkungan ini menyebutkan, akar masalah tersebut bisa dilihat dari jumlah penduduk Sleman ratusan ribu jiwa dengan berbagai aktivitasnya. Serta tingkat konsumsi mereka yang jelas akan menambah daftar panjang pengelolaan sampah.
Selain itu, buruknya pengelolaan sampah ditinjau dari kesehatan akan memberikan dampak munculnya berbagai macam penyakit.
Chaidir Iswanaji Dosen Universitas Tidar yang selama ini dikenal memiliki kepedulian lingkungan. (Foto: Fajar Rianto/Ketik.co.id)
"Setiap warga sebenarnya bisa melakukan secara mandiri dalam mengelola sampahnya, misalkan dengan mengurangi jumlah sampah hasil konsumsi, penggunaan kembali beberapa jenis sampah kepada pabrik atau mendaur ulang menjadi pupuk atau sebuah kreasi kerajinan dari sampah plastik," terangnya.
Langkah Pemerintah Kabupaten Sleman melakukan pengelolaan dengan sistem 3P yaitu: pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan ternyata belum cukup untuk menangani berbagai jenis sampah. Baik itu sampah organik, sampah plastik dan logam, serta sampah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Sedangkan strategi lainnya yakni dengan pengelolaan plant pengkomposan oleh orang yang sudah bekerja di bidang sampah, mensortir sampah rumah tangga dan menggalakan pengiriman daerah-daerah yang membutuhkan kompos.
Untuk itu Chaidir berpendapat, Pemkab Sleman sudah selayaknya mempunyai proyek penghijauan taman kota dan lain-lain dengan kompos serta budaya penggunaan kompos untuk lahan pertanian, perkebunan, maupun perikanan.
Selain sampah hasil olahan konsumsi warga, menurut Chaidir, ada prospek lain yaitu kertas bekas. Karena rata-rata kebutuhan sampah kertas 11,22% setiap tahunnya yang dapat didaur ulang oleh pabrik tertentu dengan ikatan kontrak agar pasokan rutin tidak terputus.
"Saya ingin di setiap jalan-jalan atau depan rumah warga kembali bersih sehat," harapnya.
Untuk itu, perlu digaungkan slogan motivasi semisal 'Dilarang memungut sampah di kampung ini!'.
Karena untuk mewujudkan Bank sampah yang sukses, harusnya dimulai dengan membangun konsep bahwa sampah itu berharga, bermanfaat dan bernilai ekonomis.
Di akhir perbincangannya, Chaidir mengkampanyekan mari ciptakan lingkungan sehat, job creation dan penghasilan tambahan bagi penabung sampah. Tumbuhkan kembali rasa sayang lingkungan mulai dari diri kita. (*)