KETIK, MADIUN – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa tahun ini melaksanakan upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-94 di Alun-alun Kabupaten Madiun, Jum'at (28/10/2022). Di kesempatan itu, dia mendorong pemuda-pemudi Jatim bisa menjadi Game Changer alias lakon yang mampu mengubah jalannya permainan.
Menurut Gubernur Jatim ke-14 itu, Game Changer merupakan sosok yang mampu menjadi penentu arah. Yakni ketika masyarakat berada di persimpangan, antara maju atau mundur, antara hidup dan mati, atau antara menjadi dinamis atau statis.
Menurut Khofifah, untuk bisa menjadi seorang Game Changer, para pemuda dan pemudi Jatim harus memiliki karakter yang kuat. Dan itu terkandung dalam istilah yang sering dia gaungkan selama ini yakni Inisiatif, Kolaborasi, dan Inovasi atau yang biasa dikenal dengan singkatan IKI.
"Indonesia butuh lebih banyak game changer yang menjadi inisiator. Dan dengan segenap kemampuan yang dimiliki mampu mengubah jalannya permainan perubahan peradaban, memunculkan sebuah realitas dan kesadaran baru," ucap Khofifah pada upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-94 di Alun-alun Kabupaten Madiun dalam rilis resmi Pengprov Jatim.
Khofifah melanjutkan, ada alasan khusus ketika dirinya memilih Madiun sebagai lokasi pusat penyelenggaraan peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun ini. Itu karena Madiun adalah daerah asal sosok pemuda pencetak sejarah. Pemuda tersebut berperan aktif dalam dua peristiwa yang menjadi tonggak sejarah nasional yakni Manifesto 1925 dan Kongres Pemuda II. Sosok tersebut adalah Prof Mr Sunario Sastrowardoyo.
Sunario merupakan pemuda kelahiran Madiun 28 Agustus 1902 yang berprofesi sebagai pengacara. Di masa itu, dia aktif membela para aktivis pergerakan yang berurusan dengan polisi Hindia Belanda.
Sunario lantas menjadi penasihat panitia Kongres Pemuda II tahun 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda. Dalam kongres tersebut, Sunario juga menjadi pembicara dengan makalah Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia.
Lebih lanjut, Khofifah menyebut peringatan Sumpah Pemuda bukan hanya sebuah rutinitas tahunan untuk bernostalgia. Namun, harus menjadi pelecut semangat bersama untuk terus menggerakkan roda perjuangan pembangunan, mencapai cita-cita bersama, dan Indonesia maju.
Menurut Khofifah, para pemuda yang terlibat dalam peristiwa lahirnya Sumpah Pemuda 1928 sebagian besar adalah kaum aristokrat atau kaum terdidik yang mendapatkan pendidikan tinggi. Sejatinya, bisa saja mereka berdiam diri tidak melakukan pergerakan untuk dapat hidup mewah dan nyaman di bawah pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Namun, pemuda-pemuda itu malah memilih meninggalkan kesempatan bergelimang kemewahan material tersebut untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang kala itu masih sebuah cita-cita. Mereka meletakkan kepentingan diri sendiri dan menguatkan kehendak dan tekad bersama untuk kemerdekaan Indonesia.
"Saat ini yang dibutuhkan Indonesia dan Jawa Timur adalah pemuda yang memiliki karakter, kapasitas, kemampuan inovasi, kreativitas yang tinggi, mandiri, inspiratif serta mampu bertahan dan unggul dalam menghadapi persaingan dunia. Jadilah agen perubahan, bukan pemuda rebahan dan mager," tegas Khofifah.
Mantan Menteri Sosial itu melanjutkan, Sumpah Pemuda diperingati agar seluruh elemen bangsa dapat menyingkap relevansi momen bersejarah tersebut dengan situasi kekinian. Situasi di mana teknologi informasi begitu berkembang pesat.
Jika tidak dibarengi dengan karakter yang kuat, situasi teknologi informasi yang berkembang pesat seperti saat ini tidak hanya membawa dampak positif, namun juga dampak negatif. Itu karena juga makin merebaknya informasi-informasi bersifat destruktif mulai dari pornografi, narkoba, pergaulan bebas, hingga radikalisme, dan terorisme.
"Kita mengenang momen yang sangat bersejarah ini untuk menyadari bahwa sumbangsih para pemuda semenjak pra-kemerdekaan sangat berperan penting sebagai inisiator dan game changer bagi perubahan dan dinamika sosial berbangsa," imbuhnya.
Lebih lanjut, Khofifah menyampaikan tumbuh dan terciptanya para game changer baru dari kalangan muda mensyaratkan kondisi sosial yang menunjangnya. Di situlah letak tugas pembangunan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur beserta segenap kekuatan lain. Itu seperti masyarakat sipil, perguruan tinggi, aktor ekonomi, akademisi, dan media massa demi menata pembangunan yang berbasis keadilan.
Untuk itu, Khofifah menyebut orientasi pembangunan Jawa Timur saat ini berbasis kemakmuran berkeadilan. Di dalamnya bertujuan untuk menumbuhkembangkan kapabilitas dari seluruh warga Jawa Timur dan pemuda-pemudi Jawa Timur. Penumbuhkembangan kapabilitas sosial itu di dalamnya dijiwai dengan semangat IKI (inisiatif, Kolaborasi dan Inovasi).
"Kami sadar betul game changer tidak bisa muncul secara tiba-tiba, karenanya Pemprov Jatim juga terus berupaya menciptakan ekosistem yang menunjang dan benar-benar memperhatikan kualitas hidup para pemudanya," tuturnya. (*)