KETIK, SIDOARJO – SMP Negeri 2 Balongbendo (Spendabend) Sidoarjo mengadakan peringatan Bulan Bahasa dan Sumpah Pemuda dengan beragam kegiatan positif. Salah satunya, pelatihan Aktualisasi Jurnalistik di Era Digital pada Selasa (17/10/2023). Pengetahuan tentang literasi digital dan jurnalistik digital diperoleh para siswa dari praktisi media digital.
Bertempat di ruang Laboratorium IPA Spendabend, 60 peserta pelatihan belajar bersama narasumber redaktur Ketik.co.id Fathur Roziq. Pelatihan berlangsung menyenangkan dan interaktif dengan materi seluk-beluk literasi digital.
”Saya sangat apresiatif melihat semangat peserta pelatihan,” kata Fathur Roziq di sela-sela acara pelatihan.
Dalam presentasinya, narasumber yang juga mantan jurnalis Jawa Pos itu menjelaskan pentingnya pemahaman tentang era digital. Misalnya, perangkat digital apa saja yang mampu memudahkan pekerjaan membuat karya jurnalistik. Baik teks berita, foto, video, maupun desain grafis.
Selain itu, alumnus Universitas Neger Surabaya (Unesa) itu juga membahas pentingnya kehati-hatian di era digital. Di antaranya, bagaimana menyikapi banyaknya informasi (tsunami informasi) dari berbagai sumber. Kebenaran dan keabsahannya masih perlu dipertanyakan.
Mengapa? Saat ini, banyak bertebaran hoaks dan berita palsu di media sosial. Sumber-sumbernya pun sering tidak valid. Misalnya, website berita yang hanya meng-copy paste naskah media lain. Juga mengambil foto dan video karya jurnalis lain.
”Kalau mendapatkan sharing berita dari orang lain, cek dulu kebenarannya. Verifikasi sumbernya. Kredibel atau tidak,” tambah Fathur Roziq yang juga mantan redaktur di Metropolis Jawa Pos tersebut.
Peserta pelatihan jurnalistik itu menyimak dengan serius. Sebagian mengaku memang pernah mendapatkan sharing informasi di media sosial. Ternyata informasinya tidak valid. ”Ada Raffi Ahmad yang mau bagi-bagi hadiah uang ratusan juta rupiah. Ternyata itu hoaks,” kata salah seorang siswa.
”Betul. Kalau misalnya informasi seperti itu, jangan langsung percaya. Tidak bisa langsung di-share. Cek dan verifikasi dulu,” terang Fathur Roziq.
Wartawan yang pernah meliput berbagai kegiatan di dalam dan luar negeri itu menambahkan, di era digital, perubahan teknologi terjadi sangat cepat. Dulu seorang jurnalis perlu menggunakan kamera foto, handycame, maupun alat perekam suara sendiri-sendiri. Sekarang, semua peralatan itu digantikan oleh satu perangkat bernama smartphone.
”Dengan sebuah smartphone, tulisan, foto, video, sampai desain grafis bisa dibuat dengan mudah. Tidak perlu ribet lagi,” tambahnya.
Karya jurnalistik digital saat ini juga memiliki karakteristik yang berbeda dengan media cetak. Pertama, cepat dan segera. Setiap berita dapat diunggah secara update dari menit ke menit. Kedua, berita ditulis kapan saja dan di mana saja. Fleksibel untuk langsung diunggah ke website berita maupun akun sosmed resmi media. Ketiga, berita media digital diunggah dalam beragam platform. Baik teks, foto, video, sampai grafis.
Ciri keempat, berita media digital bisa ditulis pendek-pendek menjadi beberapa halaman. Naskah dibuat bersambung. Kelima, karya jurnalistik digital mudah disimpan dan diakses. Cukup disebutkan keyword atau tag-nya, langsung muncul di mesin pencari.
”Yang keenam, karya jurnalistik digital bisa direspons langsung oleh audiens. Baik dikomentari maupun dibagikan ke pembaca lain,” terang Fathur Roziq.
Selain pemaparan materi, ada sesi tanya-jawab yang asyik. Peserta bertanya apa saja tentang materi berita maupun pengalaman liputan. Pada akhir pelatihan, para peserta langsung praktik menulis berita. Selanjutnya secara berkelompok membuat konten foto dan video serta grafis untuk dilombakan di sekolah. Mereka terlihat sangat antusias.
Nurfadhillah, guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Balongbendo, mengatakan, peringatan Bulan Bahasa dan Sumpah Pemuda pada 2023 ini juga akan diwarnai dengan lomba karya tulis siswa maupun fashion show. Banyak juga kegiatan lainnya. (*)