KETIK, SIDOARJO – Dingin AC sudah sangat terasa. Namun, suasana ruang tamu Pendapa Delta Wibawa masih terasa gerah. Pertemuan berlangsung panas. Pj Sekda Andjar Surdjadianto duduk paling pojok. Di sampingnya, Asisten Pemerintahan Ainur Rahman bersandar ke kursi. Sorot matanya berkeliling. Puluhan perangkat desa bertubi-tubi melontarkan tuntutan. Menagih janji: kenaikan "gaji" alias siltap.
Di seberang kursi bergantian perwakilan PPDI (Persatuan Perangkat Desa Indonesia) se-Sidoarjo berbicara. Mereka bersikukuh ingin bertemu langsung dengan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali. Menanyakan janji kenaikan penghasilan tetap (siltap) perangkat desa.
Mereka sebelumnya berbondong-bondong datang dengan mobil desa. Sama-sama naik Suzuki APV bertulisan Kendaraan Operasional Siaga Desa. Ratusan jumlahnya. Berderet sepanjang jalan. Setelah memarkir kendaraan, mereka berduyun-duyun mendekati pendapa. Saat berjuang demi kesejahteraan. Sebagian kemudian berunding di dalam pendapa.
Saat ini, siltap Kades Rp 3.650.000, Sekdes Rp 2.555.000, dan perangkat desa Rp 2.190.000 per bulan. Mereka minta angka itu dinaikkan. Masing-masing Rp 5 juta untuk Kades. Lalu, Rp 3,5 juta untuk Sekdes dan Rp 3 juta untuk perangkat desa. Satu lagi tuntutan mereka. Uang purna tugas (pensiun) dinaikkan dari Rp 10 juta menjadi Rp 50 juta.
Asisten 1 (Bidang Pemerintahan) Pemkab Sidoarjo Ainur Rahman berbicara kepada massa perangkat desa di depan Pendapa Delta Wibawa. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
”Kamu ingin jawaban bupati. Sekarang zaman teknologi, bisa video call,” kata perwakilan pengurus PPDI.
”Kami juga ingin menyampaikan langsung kepada beliau, Gus Bupati. Tolong buat hati kami lega. Kami minta dikomunikasikan ke beliau. Video call atau apa," ujarnya.
Ainur Rahman menanggapi. Dia menjelaskan bahwa Bupati Muhdlor sedang berada di Jakarta. Sekretaris daerah, asisten, kepala dinas maupun yang lain tidak diberi pesan untuk membuat keputusan. Tidak ada delegasi apa pun dari bupati untuk disampaikan kepada para perangkat desa.
”Beliau sendiri yang akan menyampaikan kepada Njenengan,” ungkap Ainur dengan suara datar.
Sebelumnya, pejabat yang mengaku sudah 23 tahun mengabdi di Sidoarjo itu telah beberapa kali menjelaskan. Pengurus PPDI diminta untuk husnudzon. Tidak suudzon. Tidak ada niat dari Bupati Gus Muhdlor untuk menghindar.
Permintaan PPDI, lanjut Ainur, sudah dibahas. Perwakilan juga sudah diajak bicara. Menyampaikan langsung tuntutan kenaikan siltap. Ainur mengibaratkan dirinya adalah koki. Ada beberapa skema yang telah disiapkan. Bupati Muhdlor akan memilih skema yang sudah dikaji.
Sekda, asisten, maupun kepala dinas tidak berwenang menyampaikan keputusan. Meski demikian, dia melontarkan sinyal bahwa tuntutan PPDI akan dikabulkan. Bahkan, dia mengirim clue (petunjuk) bahwa 80 persen tuntutan perangkat desa akan dikabulkan.
Tuntutan dan masukan PPDI pasti diperhatikan. Yang mereka sampaikan diakomodasi. Hanya soal waktu. ”Yang mutuskan bukan kami, tapi pimpinan,” tegasnya.
Rupanya, jawaban itu belum mampu memuaskan para perwakilan perangkat desa. Mereka tetap minta kepastian. Kapan akan bisa bertemu bupati. Kalau tidak, mereka berencana menghadirkan seluruh atau 100 persen perangkat desa untuk ikut unjuk rasa. Biar desa kosong. Mereka merasa tidak dianggap oleh bupati dan jajarannya di Pemkab Sidoarjo.
Mengapa? Para buruh saja UMK-nya dievaluasi setiap tahun. Apakah pernah siltap perangkat desa ini benar-benar dipikirkan. ”Ini pemerintah apa dagelan. Kami akan buktikan, Pak,” ujar salah seorang perangkat. Dengan nada tinggi. Ada yang bahkan melontarkan kalimat keras. Ibarat koki, asisten dianggap tidak bisa masak.
Suasana dialog pun memanas. Ainur Rahman merespons kalimat itu dengan keras pula. ”Saya terima saya dianggap nggak bisa bekerja. Nggak bisa masak sebagai koki,” ucapnya.
Namun, tegas Ainur, dirinya juga punya sikap terhadap orang yang tidak menghormati. Dia juga menyatakan tidak suka jika penyampaian aspirasi dilakukan dengan pemaksaan. Kalau dirinya masih dianggap tidak pro perangkat desa, silakan namanya dicatat.”Tolong camkan itu. Tulis besar-besar,” tegasnya.
Hadirin terdiam. Hening. Kemudian, Ainur minta maaf dan memastikan lagi. Bahwa Bupati Gus Muhdlor ke Jakarta bukan karena menghindar. Bukan lari. Buktinya, bupati telah mengirim pesan WA. Bahwa memang siltap para perangkat desa akan dinaikkan, tapi tidak saat itu juga. ”Suatu saat beliau akan menerima Njenengan semua,” ungkapnya.
Dari depan Pendapa Delta Wibawa, massa para pengunjuk rasa masih terdengar berorasi. Mereka tetap meneriakkan tuntutan kenaikan siltap. Bergantian mereka berbicara di atas mobil dengan pengeras suara. Tingkatkan kesejahteraan.
Sebagian lain berteduh di paseban utara Alun-Alun Sidoarjo. Berkumpul di depan pagar pendapa. Ada pula emak-emak perangkat desa cantik yang terlihat foto-foto. Pakai kacamata hitam. Di tengah panas matahari yang menyengat. Berdiri membentangkan spanduk panjang. Diselingi obrolan santai. Duduk-duduk di antara pagar dan ornamen Taman Cahaya.”Ayo Pak, difoto sik,” ujar mereka ketika wartawan mendekat. (*)