Patung Bunda Maria di Gereja Kapal Pacitan Mirip Ratu Pesisir Kidul, Ini Faktanya

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Hetty Hapsari

25 Desember 2024 16:00 25 Des 2024 16:00

Thumbnail Patung Bunda Maria di Gereja Kapal Pacitan Mirip Ratu Pesisir Kidul, Ini Faktanya Watermark Ketik
Pastor Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius, Romo Ferdinandus Eltyson Prayudi saat diwawancarai di depan patung Bunda Maria di Gereja Kapal Pacitan, Rabu, 25 Desember 2024. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Gereja Kapal alias Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius Pacitan punya replika patung Bunda Maria yang berbeda dari umumnya.

Tak bercorak biru layaknya khas Eropa. Replika Patung Bunda Maria di Gereja Kapal Pacitan mengenakan atasan berwarna hijau yang dihiasi ornamen emas, dengan kain batik bermotif Kuwung khas Solo yang menyelimuti bagian bawahnya. 

Di area mahkota dan bagian lainnya, terdapat motif bunga-bunga merah muda pun memakai perhiasan berwarna keemasan. Tubuhnya, tegak berdiri di atas bola dunia.

Menurut Pastor Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius, Romo Ferdinandus Eltyson Prayudi, desain patung ini memiliki makna yang dalam.

Salah satu pesan tersirat melalui patung replika Bunda Maria dengan desain bernuansa Indonesia itu adalah untuk menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat kebangsaan kepada umat Katolik.

Romo Prayudi juga mengungkapkan, gaya pesisir pantai selatan untuk keseluruhan arsitektur gereja memang sengaja dipilih untuk menggambarkan akulturasi budaya di Kota 1001 Goa.

Sedangkan untuk replika patung, itu dibuat berdasarkan nilai-nilai sejarah.

“Patung ini mengadopsi gaya Kerajaan Mataram, karena Pacitan dahulu bagian dari Karesidenan Surakarta. Meski sekarang secara administratif masuk Jawa Timur, budaya yang berkembang di sini sangat dipengaruhi oleh Yogyakarta dan Surakarta Solo,” ujarnya menjelaskan.

Pun, Romo Prayudi tak menampik bahwa Patung Bunda Maria yang bercorak hijau itu menyerupai sosok perwujudan Ratu Pesisir Kidul alias Nyai Roro Kidul, legenda yang sangat terkenal di pesisir pantai selatan.

Namun demikian, bagi Romo itu jauhlah berbeda.

"Kalau Nyai Roro Kidul dipercaya masyarakat sebagai penjaga Pantai Selatan, sementara Bunda Maria, diyakini sebagai pelindung gereja dan ibu rohani bagi umat Katolik," jelasnya.

Selain patung Bunda Maria, di sisi lain dari gereja terdapat pula patung Yesus yang juga memakai pakaian khas kerajaan Jawa, lengkap dengan mahkota dan ornamen berwarna orange.

Secara filosofis serupa, kedua patung itu menggambarkan simbol-simbol spiritual yang penggabungan unsur budaya lokal dengan ajaran agama.

"Yang patung satunya itu Tuhan Yesus gaya Jawa. Secara filosofis juga sama, yaitu menggunakan pendekatan lokal," ungkapnya.

Foto Interior Gereja Kapal Pacitan, seorang tamu tampak melihati sejumlah ornamen yang sangat mengagumkan. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)Suasana interior Gereja Kapal Pacitan, seorang tamu tampak melihati sejumlah ornamen yang sangat mengagumkan. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

Namun, di balik desain patung-patung itu, Romo Ferdinandus juga menekankan ajaran Katolik yang terkandung di dalamnya.

Salah satunya, adalah melalui ornamen Kandang Domba di momentum Natal yang tak luput dari pandangan para tamu tuhan.

Romo memaparkan, ornamen Kandang Domba ini adalah pengingat peristiwa 2000 tahun lalu. Yakni saat Yesus lahir di Bethlehem.

Yesus lahir tidak di dalam penginapan. Namun lahir di sebuah palungan atau tempat makan ternak yang berisikan domba.

Sebagai raja dan juru selamat dunia, ia memilih untuk lahir dalam kondisi yang paling sederhana. Dengan kelahiran-Nya yang sederhana, Yesus menunjukkan bahwa akses kepada Tuhan tersedia bagi semua orang, tanpa memandang status sosial.

"Namun itu menjadi makna yang luar biasa, karena kemudian Tuhan Yesus itu dilahirkan di tempat yang paling sederhana. Untuk menyapa semua orang,” tambah Romo Ferdinandus, yang menjelaskan bahwa simbol ini menunjukkan kerendahan hati dan kesederhanaan Yesus.

Lebih lanjut, melalui perayaan Natal yang tengah berlangsung di gereja ini, serta rangkaian perayaan yang akan berlanjut hingga awal tahun baru, Romo Ferdinandus berharap umat Katolik dapat merenungkan kembali makna kedamaian yang dibawa Yesus.

Pun mengingatkan umat Katolik untuk mengamalkan pesan Yesus dalam kehidupan sehari-hari, yaitu untuk berbagi kedamaian dan kebaikan kepada sesama, tanpa memandang perbedaan.

"Pesannya adalah, selayaknya Tuhan Yesus itu yang datang membawa kedamaian. Dia datang untuk semua orang bukan hanya Katolik. Tentu kita sebagai murid-Nya wajib menyampaikan pesan damai untuk semua orang. Artinya kita tidak boleh menutup diri dari orang-orang di sekitar kita, tetap hadir bersama, menyapa, ya yang paling sederhana adalah membagi senyum kita. Lalu memperhatikan orang-orang yang saat ini dalam keterpurukan, dia sedang dalam kegelapan, dan kita hadir sebagai penerang," lanjutnya menutup.

Sekadar informasi, Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius melayani sekitar 219 umat Katolik yang tersebar di empat stasi, yaitu Kecamatan Punung, Donorojo, Lorok, dan Pacitan. (*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan Gereja Kapal