KETIK, SURABAYA – Panen tebu dilakukan pada tingkat kemasakan optimum, yaitu pada umur 11-12 bulan saat tebu dalam kondisi mengandung gula tertinggi.
Setelah berumur kurang lebih 12 bulan, tanaman tebu kini siap ditebang. Tebu yang layak ditebang harus memenuhi beberapa kriteria, yakni Manis, Bersih dan Segar. Kriteria tersebut biasa dikenal dengan istilah prinsip MBS.
Penebangan tebu pada dasarnya sama dengan prinsip panen tanaman lainnya, yaitu memilih tebu yang masak untuk ditebang terlebih dahulu, dengan asumsi bahwa tebu yang masak akan diperoleh rendemen yang tinggi.
Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur Heru Suseno menjabarkan bahwa prinsip MBS sangat berpengaruh terhadap rendemen.
Manis dapat dilakukan dengan memanen tebu pada umur minimal 10 bulan dan maksimal 14 bulan sesuai kemasakan tebu.
Manis adalah tebu yang ditebang mengandung gula rendemen tinggi atau tebu yang dipanen harus sudah masuk fase kemasakan sehingga zat gula yang ada di dalam batang tebu tersebut sudah berubah menjadi sukrosa yang dapat dikristalkan.
"Rendemen naik kalau tebunya masak bersih, dan segar, biasanya tebu diklentek 2 kali dan dibersihkan bonggol dan tanahnya supaya tidak banyak pengotor," jelas Heru.
Menurur Heru, prinsip kedua untuk meningkatkan rendemen adalah bersih artinya tebu yang ditebang dan yang akan digiling harus terbebas dari trash seperti daduk, pucukan, maupun sogolan yang dapat menurunkan kadar rendemen yang ada dalam tebu tersebut.
"Kalau secara terukur, brixnya batang bawah dan batang atas selisih 2 poin sudah matang," rinci Kadisbun Jatim.
Dan yang ketiga adalah prinsip segar artinya tebu yang digiling dalam kondisi segar dengan kriteria waktu yang dibutuhkan mulai dari tebang sampai digiling kurang dari 48 jam untuk memaksimalkan potensi rendemen masing-masing varietas.
Kesegaran tebu ini sangatlah menentukan nilai rendemen. Apabila tebu yang ditebang tidak langsung digilingkan maka akan berpotensi menurunkan nilai rendemen tebu.
Peningkatan produktivitas tebu di Jawa Timur juga karena keberhasilan Dinas Perkebunan Jawa Timur, yakni dengan program Timbangan Tebu.
Program Timbangan Tebu adalah Integrasi Ketersediaan Bahan Baku dan Manajemen Tebang Angkut Berdasarkan Klaster PG Berbasis Tebu.
Inovasi Timbangan Tebu tersebut, diimplementasikan dengan kegiatan yang dilakukan berupa pemberian bantuan antara lain Bongkar Ratoon, Rawat Ratoon, Perluasan Areal Tebu dan Kebun Keragaan Pengembangan Warung Tebu.
Hal tersebut sesuai dengan instruksi dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa untuk mempertahankan barometer gula nasional di Jawa Timur.
Peningkatan produksi ini diharapkan dapat menjadi modal bagi Indonesia mewujudkan swasembada gula, dan Jawa Timur sebagai barometer gula nasional. (*)