KETIK, MALANG – Sinolog jebolan Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo Dr. Novi Basuki membeberkan tiga alasan pentingnya belajar Bahasa Mandarin. Hal tersebut disampaikan pada pidatonya saat perayaan Dies Natalis ke-16 Universitas Ma Chung beberapa waktu yang lalu.
Alasan pertama ialah pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang berkembang pesat. Menurutnya, transformasi ekonomi Tiongkok sangat mengesankan. Tak heran jika Tiongkok menjadi pesaing utama bagi negara maju.
"Dalam kurun waktu yang relatif singkat, Tiongkok berhasil mengalami transformasi ekonomi yang mengagumkan. Menjadikannya pesaing utama bagi negara-negara maju lainnya,” ujar Novi.
Dengan pesatnya perkembangan ekonomi, belajar Bahasa Mandarin menjadi gerbong untuk terjalinnya hubungan baik dengan Tiongkok. Tentunya hal tersebut merupakan peluang emas yang tak dapat disia-siakan.
Alasan kedua ialah penyebaran global masyarakat Tionghoa. Etnis Tionghoa menjadi salah satu populasi terbesar di dunia. Terdapat sekitar 1,4 miliar warga Tionghoa dan diasporanya yang tersebar di berbagai penjuru dunia.
Mengetahui hal tersebut, belajar Bahasa Mandarin akan membawa keuntungan besar dalam menjalin komunikasi yang baik dengan warga Tionghoa.
"Belajar bahasa Mandarin memberikan keuntungan besar dalam berkomunikasi dengan jutaan orang dari berbagai latar belakang budaya. Baik dalam aspek bisnis maupun pribadi,” lanjutnya.
Dengan demikian, jaringan yang dapat diciptakan akan semakin luas. Selain itu, peluang bisnis juga bisa saja tercipta jika hubungan yang dibangun semakin baik.
"Keterampilan ini memungkinkan kita berbicara dengan masyarakat Tionghoa di seluruh dunia. Kita bisa memperluas jaringan sosial dan peluang kerja,” sebut Novi.
Alasan terakhir ialah memahami lebih dalam tentang Tiongkok. Perlu diketahui bahwa bahasa merupakan salah satu dari unsur kebudayaan. Pemahaman akan suatu bahasa dapat berpengaruh pada pemahaman tentang budaya, sejarah, hingga filosofi di balik bahasa yang dipelajari.
“Belajar bahasa Mandarin bukan hanya tentang kemampuan berbicara, tetapi juga tentang memahami budaya, sejarah, dan filosofi yang kaya di balik bahasa tersebut,” ujarnya.
Terlebih dalam kebudayaan Tiongkok Klasik, mengajarkan beragam nilai moral dan etika. Selain itu dapat membantu membangun hubungan baik antar individu dengan masyarakat.
Ia menekankan bahwa belajar Bahasa Mandarin menjadi langkah untuk menghadapi globalisasi. Antisipasi terhadap negara dan budaya harus didasarkan pada pemahaman yang akurat dan luas.
Hal tersebut untuk menghindari konflik dan ketidakpahaman yang merugikan hubungan diplomatik maupun kestabilan regional.
"Pemahaman yang lebih baik terhadap bahasa dan budaya Tiongkok akan membuka pintu untuk peluang ekonomi, pertemanan antarbudaya, dan pembangunan moral yang kuat di tengah-tengah masyarakat,” seru doktor politik internasional dari Universitas Sun Yat Sen ini.
Belajar Bahasa Mandarin juga memberikan manfaat jangka panjang bagi individu, masyarakat, dan negara secara keseluruhan.
Alasan-alasan tersebut yang menurut Novi membuat Universitas Ma Chung berkomitmen untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi trilingual. Harapannya agar mahasiswa dapat berkompetisi di tingkat global. (*)