KETIK, BATU – Cuaca panas ekstrem ternyata tidak berdampak pada produktivitas buah stroberi. Musim kemarau justru menjadi puncak panen buah stroberi.
Seperti di Wisata Lumbung Stroberi Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu yang terlihat banyak tanaman stroberi sedang berbuah.
"Musim kemarau malah puncak panen, kalau musim hujan kan bunga stroberi sebelum menjadi buah baru sudah rusak kena air hujan," urai Yoga Jayaputra kordinator pemandu Wisata Lumbung Stroberi, Kamis (12/10/2023).
Yoga yang juga seorang petani Stroberi itu mengutarakan, di musim kemarau bunga stroberi dapat bertahan hingga menjadi buah serta tidak rontok karena busuk. Sedangkan bunga stroberi yang sudah menjadi buah rawan busuk meski sering terguyur hujan.
"Sebenarnya kalau musim hujan bisa ditanggulangi dengan green house cuma biayanya mahal dan tidak banyak petani yang menggunakan green house tersebut," tambahnya.
Menurut Yoga, mayoritas petani di Desa Pandanrejo ini adalah petani stroberi. Kebun stroberi yang digunakan untuk petik adalah lahan kas Desa atau tanah bengkok.
Lumbung stroberi juga menggunakan kebun petani stroberi di Desa Pandanrejo untuk wisata petik stroberi. Ada 2,3 hektar kebun stroberi di wisata tersebut.
"Kalau satu petani setiap minggu bisa kirim ke Lumbung Stroberi 15 kg saat musim kemarau. Kalau musim hujan bisa 7 kg, itu sudah bagus," ujar yoga.
Tidak hanya itu, Yoga menjelaskan, rasa buah stroberi berbeda antara musim kemarau dan musim hujan. Rasa buah stroberi lebih manis saat musim kemarau. Sedangkan, saat musim hujan akan lebih terasa hambar karena kebanyakan kadar air.
Saat musim kemarau panen stroberi sangat melimpah. Hingga pasar pun kewalahan untuk menampung stroberi dari petani. Oleh karena itu, melimpahnya stroberi di Dusun Pandan dijadikan potensi Wisata Lumbung Stroberi.
"Kebanyakan petani kan menggunakan polybag untuk menanam stroberi. Jadi bisa 2 hari sekali disiram air. Keunggulan pakai poyibag, lebih aman karena bisa meminimalisir buah busuk karena bersentuhan dengan tanah," tegasnya. (*)