KETIK, MALANG – Kota Malang populer dengan wisata kampung tematiknya, mulai dari Kampung Warna-Warni Jodipan, Kampung Kayutangan Heritage, Kampung Budaya Polowijen, dan sebagainya. Kini atas inisiasi masyarakat setempat, lahirnya kampung wisata baru yaitu Kampung Gadang Wiswakala.
Kampung ini terletak di RT08/RW06 Kelurahan Gadang dan diinisiasi oleh Eko Sumantri, Didik Priyatin, Heru Tri, Sugeng Widodo, dan Rakai Hino pada Juli 2023. Di kampung ini memunculkan budaya masa lampau dari wilayah Gadang dan Malang Raya di berbagai masa. Warga juga menambahkan ornamen bertuliskan aksara kuno sebagai identitas masing-masing rumah.
"Perlu pelestarian Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) berupa aksara dari sisi masyarakat. Pemilihan aksara Jawa Kuno bukan kebetulan tapi memang untuk melestarikan nilai sejarah dan budaya lokal khususnya di Gadang dan Malang Raya," ujar Rakai kepada media online nasional Ketik.co.id beberapa waktu lalu.
Aksara Jawa Kuno tersebut biasa digunakan pada era Kerajaan Kanjuruhan, Mataram Hindu atau Medang, Ladiri, Singhasari, hingga Kerajaan Majapahit. Kini jarang sekali ditemukan oenggunaan Aksara Jawa Kuno di kehidupan masyarakat sehari-hari.
"Sekarang ini masyarakat, khususnya di Kelurahan Gadang sudah jarang yg bisa bawa Aksara Jawa Baru atau Honocoroko. Padahal sudah diajarkan di sekolah dasar, apalagi Aksara Jawa Kuno yang sekarang sudah punah," lanjutnya.
Salah satu rumah warga yang menggunakan papan tanda dengan Aksara Jawa Kuno. (Foto: Rakai Hino)
Kini di rumah-rumah warga telah dicantumkan Aksara Jawa Kuno dengan diberikan keterangan menggunakan huruf latin. Dengan demikian diharapkan masyarakat dapat kembali mengenal adanya Aksara Jawa Kuno.
Beberapa daerah di Indonesia sudah mulai mencantumkan Aksara Jawa Kuno, seperti Mojokerto. Di sana Aksara Jawa Kuno digunakan untuk melengkapi tulisan di papan nama jalan.
Kendati demikian Kelurahan Gadang menjadi kampung pertama di Indonesia yang menggunakan Aksara Jawa Kuno sebagai papan pengenal rumah mereka. Papan nama dan nomer rumah terbuat dari bambu dan kertas bekas yang diciptakan oleh warga setempat.
"Di situ juga ada tatakan serta kendi air yang dapat diminum oleh siapa saya yang melewati kampung ini. Masyarakat memilih kendi air karena untuk menghidupkan kembali budaya Jawa," sebut Rakai.
Kendi berisikan air juga bermakna sebagai sesama manusia harus berbagi dengan yang lainnya meskipun hanya dalam bentuk air minum. Air juga melambangkan kedamaian dan kehidupan. Hal tersebut selaras dengan cita-cita dan harapan masyarakat RT 08 RW 06 Kelurahan Gadang.
"Semoga pendirian kampung ini dapat menjadi langkah awal perwujudan angan-angan masyarakat dalam melestarikan budaya bangsa. Masyarakat juga oercaya berdirinya kampung tematik ini bisa membawa manfaat bagi warga di Kelurahan Gadang," tutupnya. (*)