KETIK, BATU – Miftahuddin Ramli (52) alias Midun telah pulang dari misinya mengayuh sepeda dari Kota Batu ke Jakarta.
Warga Kampung Hendrik, Kelurahan Ngaglik, Kota Batu ini mengayuh sepeda dari Kota Batu dengan mengusung sebuah misi perdamaian suporter dan mencari keadilan untuk korban Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2023.
Midun menghabiskan waktu 12 hari untuk sampai di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Ada 20 lebih stadion yang ia singgahi mulai dari Stadion Kanjuruhan Malang hingga GBK Jakarta.
Tidak ada acara seremonial apapun untuk menyambut kepulangan Midun. Hanya sebuah pesan perdamaian dari suporter sepakbola se Indonesia yang ia bawa pulang ke Kota Batu.
"Saya sampai rumah tanggal 16 Agustus. Saya sengaja tidak mau disambut apapun. Cuma pas malam tirakatan 17 Agustus saya diminta untuk memberikan sedikit cerita perjalanan saya ke warga kampung Hendrik," katanya, Jumat (18/8/2023).
ASN Pemkot Batu ini mengaku bersyukur, karena selama perjalanan tidak ada suatu aral melintang. Sepeda yang ia gunakan hingga tiba di Jakarta tidak mengalami kerusakan. Bahkan, ia merasakan kesehatan yang luar biasa saat menjalankan misi tersebut.
Tidak hanya itu, Midun pun terharu dengan dukungan dan perhatian suporter sepakbola yang menyambutnya di stadion-stadion yang ia singgahi.
Menurutnya, setiap suporter sepakbola selalu mengawalnya hingga perbatasan suatu kota atau kabupaten. Di perbatasan, Midun sudah dinantikan oleh suporter lain yang akan mengawal hingga stadion berikutnya.
"Sepeda masih di Jakarta, nanti mau dipaketkan oleh teman teman Jakarta. Nggak ada yang kenal, cuma terkondisikan waktu di jalan. Alhamdulillah dimudahkan oleh Tuhan. Tidak ada halangan apapun. Begitu juga sepeda yang saya pakai, tidak ada kendala," jelasnya.
Cerita haru terjadi saat Midun tiba di Stadion Singaperbangsa Karawang. Disana Midun disambut ratusan suporter. Bahkan ada suporter PSM Makassar yang menghampiri Midun untuk menyampaikan rasa haru.
Suporter PSM Makassar itu, kata Midun , merasa haru, kenapa bukan dia yang masih muda, yang melakukan misi perdamaian tersebut.
"Paling sulit jalur di alas Roban karena menanjak. Ada tiga kecamatan di wilayah alas Roban yang memiliki Jalan naik turun. Setelah kota Batang dan Pekalongan baru jalannya mendatar," lanjut Midun.
Berbagai kesan Midun dapatkan dari misi perdamaian suporter ini. Salah satunya kekompakan suporter untuk terus mengawal kasus hukum Tragedi Kanjuruhan.
Harapan besar suporter, urai Midun, mulai dari Stadion Kanjuruhan sampai GBK, yakni tidak ada rivalitas yang berlebihan. Suporter seluruh Indonesia juga meminta kasus Kanjuruhan terus dikawal sampai tuntas.
"Rivalitas cukup 90 menit di lapangan. Kita kan anak bangsa yang menjunjung tinggi kerukunan antar supporter," tegasnya. (*)