KETIK, MALANG – Kota Malang tengah mengembangkan produksi batik lokal khas Malangan, salah satunya ialah Batik Sukun.
Pada motif-motif yang tergambar di Batik Sukun rupanya memiliki filosofi yang menarik. Bahkan proses pembuatan batik pun dapat dijadikan sebagai media terapi.
Nena Bachtiar, salah satu pengelola Batik Sukun menjelaskan kepada Ketik.co.id bahwa tiap produk selalu diselipkan atribut dari Pohon Sukun.
"Setiap produk yang kita buat pasti ada atribut dari Pohon Sukun, entah itu daunnya, buah, dan sebagainya. Ternyata Pohon Sukun itu pohon kehidupan, di mana dari akar, daun, hingga buahnya bermanfaat bagi kita," ungkap Nena, Kamis (22/6/2023).
Nena menyadur kisah Ir. Sukarno saat diasingkan di Ende. Konon, saat itu Sukarno gemar merenung di bawah Pohon Sukun hingga menghasilkan 'Lima Butir Mutiara' yang sekarang dirumuskan menjadi Pancasila.
"Menurut cerita, saat hari panas Bung Karno sering duduk berteduh sambil memandangi Pohon Sukun yang bercabang lima lima. Di bawah pohon itu Bung Karno merenungkan dasar negara Indonesia yang kelak menjadi Pancasila" lanjutnya.
Pengenalan Batik Sukun kepada anak-anak (Foto: Nena Bachtiar for Ketik.co.id)
Selain menunjukkan atribut Pohon Sukun pada produk batik, Nena bersama masyarakat yang diberdayakan juga memberikan sentuhan klasik yakni motif parang. Parang berasal dari katan 'pereng' yang berarti lereng. Perengan tergambar seperti susunan garis S panjanh yang tidak terputus.
"Motif parang memiliki makna tidak pernah menyerah, ibaratkan ombak laut. Batik motif parang juga menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik dalam arti upaya untuk memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan, maupun pertalian keluarga," jelasnya.
Motif lainnya ialah karakter Raden Panji Asmoro Bangun dan Dewi Candra Kirana. Kedua karakter tersebut menjadi persimbolan wibawa seorang pemimpin.
"Seorang pemimpin harus bersifat jujur, berani, selalu melihat sekitar denhan seksama. Dengan begitu bisa mengayomi secara adil dan dilandai keikhlasan maupun ketulusan jiwa yang bersih," papar Nena.
Menariknya lagi, proses dalam membuat batik juga dapat dijadikan terapi bagi orang yang memiliki permasalahan terhadap emosinya. Jelas Nena, garis yang dihasilkan oleh seseorang dengan emosi yang meluap saat membatik akan terlihat berbeda jika dilakukan dengan perasaan yang tenang.
"Dari garisnya akan terlihat jika orang itu sedang marah, kelihatan perbedaannya dengan orang yang perasaannya sedang bagus. Makanya kalau membatik bisa melatih kesabaran," lanjutnya.(*)