KETIK, BATU – Anjani Sekar Arum sedang merapikan tumpukan batik saat Ketik.co.id tiba di galerinya di Dusun Binangun Desa Bumiaji Kecamatan Bumiaji Kota Batu, Kamis (22/6/2023).
Perempuan 32 tahun itu merapikan tumpukan batik yang akan dia kirim ke luar kota. Sejenak kemudian, ia mengajak ketik.co.id untuk melihat koleksi Batik Banteng seraya bercerita tentang asal mula tercipta batik motif Banteng tersebut.
Anjani, begitu dia biasa disapa, adalah pencetus Batik Banteng khas Kota Batu. Tidak hanya di dalam negeri, Batik Banteng kini telah merambah pasar internasional.
Sejak awal tercetusnya Batik Banteng, sejumlah pameran kain batik berskala lokal, nasional maupun internasional pun pernah Anjani ikuti. Seperti pada 2014, Batik Tulis Banteng pernah dipamerkan di Kota Praha, Republik Ceko. Tidak hanya itu, pameran ke sejumlah negara lain juga pernah ia lakoni. Seperti ke Australia, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan India.
"Saya luncurkan Agustus 2014. Awalnya tidak ada niat untuk menggeluti usaha batik, karena saya tidak ada basic manajemen bisnis, saya kan cuma bisa menciptakan karya," katanya.
Anjani sudah terbiasa melukis sejak kecil. Maka tak heran, bakatnya membatik telah ada sejak itu pula. Ia dilahirkan dari keluarga seniman. Sang ayah merupakan seniman Bantengan di Kota Batu. Seni Bantengan adalah kesenian lokal Kota Batu. Sebagian besar dari warga Kota Batu merupakan seniman Bantengan. Itu terbukti dengan, kelompok seni Bantengan hampir ada di lingkup RT maupun RW di Kota Batu. Sehingga, orang dewasa hingga anak-anak telah mengenal Bantengan.
Bahkan, Pemkot Batu menggelar Gebyar Bantengan Nusantara setiap tahun. ada ribuan seniman Bantengan turut berpartisipasi dalam acara tersebut.
"Seni Bantengan sebenarnya sudah mendarah daging bagi warga Kota Batu. Karena itu saya bertekad menjadikan bantengan sebagai ikon motif batik khas Kota Batu," jelas lulusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang itu.
Pada awal peluncuran Batik Banteng, Anjani menggelar pameran tunggal di tahun 2014. Ternyata pameran itu banyak peminat. Sampai sampai Wali Kota Batu waktu itu, Edy Rumpoko bangga dengan munculnya Batik Banteng. Pada waktu itu pula Batik Banteng dipatenkan sebagai Batik Khas Kota Batu.
Tidak sampai di situ, Wali Kota kemudian menjadikan Batik Banteng sebagai seragam wajib pegawai di Pemkot Batu. Bersama Wali Kota pula, Anjani dan Batik Banteng mengikuti pameran batik di Praha, Republik Ceko.Deretan batik banteng karya Anjani. (Foto: Sholeh/Ketik.co.id).
"Waktu pameran ke Praha umur batik banteng belum ada setahun. Dari situ semakin terkenal karena banyak diliput oleh media," tambahnya.
Tekad Anjani untuk melestarikan budaya Bantengan melalui batik mengantarkan menjadi peraih SATU Indonesia Awards 2017 dari PT Astra International Tbk. SATU Indonesia Awards diberikan kepada generasi muda yang tak kenal lelah memberi manfaat bagi masyarakat dalam lima bidang, yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi, serta satu kategori kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.
Penghargaan itu didapat karena, Anjani juga melatih anak-anak untuk membatik. Pelatihan itu ia lakukan di sanggarnya secara gratis. Hal ini menjadi salah satu upaya Anjani untuk terus melestarikan batik Banteng khas Kota Batu.
"Karena anak-anak yang nanti akan menjadi penerus yang juga akan mewarisi budaya. Jadi ya mereka harus kita latih untuk mencintai budaya batik ini sedini mungkin," urainya.
Berkat penghargaan tersebut, kemudian Anjani dipercaya Yayasan Pendidikan Astra untuk turut membangun Kampung Wisata Edukasi Pembatik Cilik di Yogyakarta. Anjani mengelola sekolah binaan tersebut. Ia juga membangun sanggar dan galeri batik di Yogyakarta. Ia memberdayakan warga setempat untuk melestarikan batik.
"Jadi saya sekarang tidak hanya tinggal di Batu, tapi juga di Jogja. Karena mimpi saya tidak hanya mengembangkan batik di Kota Batu saja tetapi juga di Kota lain," tegasnya. (*)