KETIK, SURABAYA – Asrilia Kurniati akhirnya buka suara terkait kegagalannya lolos sebagai bakal calon Wali Kota Surabaya periode 2024-2029 jalur independen.
Dimana menurut keterangan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Surabaya ketidak lolosannya karena tidak menyetorkan dokumen pendukung minimal 144.209 atau 6,5 persen dari total DPT Pemilu 2024 sebanyak 2.218.586. Hingga batas akhir pendaftaran tim Asilia Kurniati dan Satrio Wicaksono hanya menyetorkan sebanyak 1.167 orang.
Asrilia mengatakan jika memang dirinya sengaja hanya menyetorkan sebanyak 1.167 hingga batas akhir pengumpulan data. Hal ini karena dirinya mendapatkan intimidasi untuk mengurungkan pencalonannya dalam Pilwali Surabaya.
"Jadi kenapa saya hanya menyetorkan segitu, karena saya mendapatkan intimidasi, tepatnya pada 30 April lalu. Dan saya ada buktinya juga," jelas Asrilia, Selasa (14/5/2024).
"Dan hal tersebut dilakukan oleh petinggi KPU juga. Saya nggak tau ya mungkin seorang Asrilia Kurniati tampak menakutkan di mata mereka," imbuhnya.
Lebih lanjut, perempuan yang juga pendiri Ikatan Perempuan Indonesia Peduli (IPIP) itu menambahkan tindakannya dengan tidak menyetorkan seluruh data pendukungnya yang berjumlah sekitar 157 ribu-an tersebut juga dikarenakan dirinya ingin melindungi pendukungnya agar tidak disalahgunakan.
"Jadi ngapain saya setorkan orang saya sudah dapet intimidasi. Kasian pendukung saya donk, nanti datanya bisa disalah gunakan," tambahnya.
Selain itu Asrilia mengomentari tahapan pendaftar bakal calon wali kota Surabaya dari jalur independen yang menurutnya terkesan seperti dipersulit. Berbeda sekali dengan pendaftar bakal pasangan calon yang diusung oleh partai.
Menurut pengakuan Asrilia pihaknya harus mendata dengan tulisan tangan. Setelah itu data tersebut dimasukkan di excel lalu discan satu per satu, lalu ditulis lagi di laptop selanjutnya baru dimasukkan ke sistem KPU, Silon.
"Belum lagi ditambah sistem Silon yang masih up and down. Dan kita hanya diberi waktu sebanyak 4 hari mulai dari tanggal 8 sampai 12 Mei," paparnya sambil menggebu-gebu.
"Tidak berhenti sampai di situ, setelah itu nanti masih ada tahapan lagi namanya verifikasi faktual. Apakah saya akan lolos? Gak mungkin," sambungnya.
Berangkat dari semua kejadian yang dialaminya tersebut dirinya pun harus mengubur keinginannya untuk maju dalam pencalonannya di Pilwali Surabaya 2024. Dan dirinya tidak merasa menyesal atas apa yang menimpanya, sebagai rakyat yang peduli dengan daerahnya dirinya akan tetap mengabdi dengan terjun langsung membantu masyarakat.
"Apakah saya sedih ? Enggak. Ya kedepannya saya tetap berbuat baik saja melalui kegiatan sosial yang sudah lama saya geluti. Intinya saya tetap mengabdi untuk masyarakat," pungkasnya.(*)