Membangun Asa Disabilitas di Boyolali Menuju Kemandirian Tanpa Batas

Jurnalis: Achmad Fazeri
Editor: Mustopa

31 Oktober 2024 22:45 31 Okt 2024 22:45

Thumbnail Membangun Asa Disabilitas di Boyolali Menuju Kemandirian Tanpa Batas Watermark Ketik
Anggota kelompok Srikandi Patra, Wawan dan Ifah, sedang membatik dengan menggunakan kompor listrik untuk melelehkan lilin di tempat wokrshop Srikandi Patra di Dusun Penjalinan Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. (Foto: Achmad Fazeri/Ketik.co.id)

KETIK, BOYOLALI – Jumat, 6 September 2024, sekitar pukul 14.00 WIB, lokasi workshop Srikandi Patra di Dusun Penjalinan Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, masih tampak ramai aktivitas membatik yang dilakukan para penyandang disabilitas.

“Biasanya jam segini sudah tutup. Kegiatan di sini mulainya dari jam 9 pagi sampai jam 11, setiap Senin sampai Jumat. Untuk Sabtu dan Ahad, teman-teman kegiatan membatik di rumah masing-masing,” ujar koordinator Srikandi Patra, Siti Fatimah, sambil mendampingi tiga orang difabel ketika ketik.co.id mengunjungi tempat itu.

Kelompok yang dibentuk sejak April 2018 ini beranggotakan 5 orang penyandang disabilitas; Yuni Lestari (tuna daksa), Sri (tuna rungu wicara), Wawan (tuna daksa), Ifa (tuna rungu wicara), dan Ririn (tuna daksa). Kini, kelimanya sudah cukup mahir dalam membatik menggunakan canting—khusus bagi Wawan menggunakan kuas.

Dari keterampilan membatik tersebut, mereka bisa hidup mandiri secara ekonomi bahkan mampu membantu dalam mencukupi kebutuhan keluarga masing-masing.

Siti, panggilan akrabnya, menjelaskan, terbentuknya Srikandi Patra ini merupakan hasil social mapping terkait program CSR/TJSL yang dilakukan PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah (JBT) Fuel Terminal Boyolali pada tahun 2017. Yuni Lestari, pelopor Srikandi Parta, adalah salah satu penerima manfaat program tersebut.

“Waktu itu, Mbak Yuni diikutkan kelas membatik di Kaliurang, Yogyakarta. Setelah bisa membatik, diterima kerja di PT. Yola Permata Indonesia. Kurang lebih selama setahun, hatinya tergerak untuk pulang kampung, menularkan ilmunya ke teman-teman disabilitas di sini,” cerita Siti.

Siang itu, Yuni dan Sri berhalangan hadir di tempat workshop Sikandi Patra karena ada keperluan keluarga. Jadi, hanya ada Wawan, Ifa, beserta Ririn yang membatik, didampingi Siti bersama dua relawan lainnya.

Ketiganya memang terlihat terampil mencanting pola-pola yang tergambar di atas kain berkelir putih. Sesekali, mereka bercanda untuk mencairkan suasana siang yang mulai mengundang rasa kantuk.

Berkarya dalam Pertanian Terpadu

Sugeng tampak semangat mencabuti daun-daun bibit pohon alpukat yang terlihat layu di tengah keterbatasan fisik yang dimilikinya—jari jemari tangan kanan hanya sebagian yang tumbuh sempurna—di basecamp “Pandawa Patra” Desa Keposong, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Pagi itu, Sabtu, 7 September 2024, sekitar pukul 08.30, ia baru pulang menjajakan beragam mainan anak-anak di sebuah Sekolah Dasar yang tak jauh dari rumahnya. Ia langsung tancap gas usai diminta Haryono, koordinator Pandawa Patra, supaya bergegas merapat ke basecamp melalui panggilan telepon seluler.

“Itu pekerjaan utama saya, jual mainan anak-anak,” ujar Sugeng, sambil menunjuk ke sepeda motornya yang terparkir di samping gazebo di sela-sela obrolan dengan ketik.co.id.

Sugeng merupakan satu dari 20-an orang anggota kelompok Pandawa Patra, yang kini telah banyak memetik ilmu beserta pengalaman dari laboratorium Integrated Farming (Pertanian Terpadu) Pandawa Patra, mulai dari okulasi, penyemaian bibit dengan biji tanaman hingga mengelola peternakan kambing dan sapi.

“Untuk okulasi sebetulnya masih kesulitan saat mengikat tunas, karena tangannya mohon maaf cuma satu (yang tumbuh sempurna),” ungkapnya sambil tersenyum.

Meski di bidang okulasi ia masih belum maksimal, tetapi untuk penyemaian benih dari biji tanaman, terutama pohon papaya, sudah membuahkan hasil yang cukup membahagiakan. Ia telah berhasil menyemai dari 1.000 butir biji papaya menjadi sekitar 980 bibit pohon setinggi 40 sampai 50 centimeter.

“Saat ini masih ada 100-an bibit di rumah. Alhamdulillah, sekitar 880 bibit sudah laku terjual,” kata Sugeng dengan raut wajah sumringah.

Dengan hadirnya Pandawa Patra, Sugeng pun mengaku sangat terbantu, terutama dalam meningkatkan perekonomian keluarga serta membiayai sekolah anak-anak. Tak hanya itu, pola pikirnya juga berubah menjadi lebih terbuka dan percaya diri.

Keberhasilan yang diraih Sugeng serta beberapa anggota Pandawa Patra lainnya, menurut Haryono, bisa terwujud karena partisipasi dan dukungan banyak pihak. Salah satunya adalah PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Tengah (JBT) Fuel Terminal Boyolali.

Support dari Pertamina luar biasa, mulai dari modal usaha, alat pertanian sampai pelatihan-pelatihan dan pendampingan,” jelas Haryono.

Kendati berhasil memberdayakan puluhan penyandang disabilitas, Haryono selalu menegaskan kepada seluruh anggota kelompoknya, bahwa Pandawa Patra bukan tempat untuk mencari rezeki utama, melainkan sebagai wadah belajar dan latihan bersama dalam rangka meningkatkan keterampilan sebagai bekal kemandirian.

Mulai dari Pelaku UMKM hingga Pekerja Garmen

Jika di Kecamatan Teras ada Srikandi Patra, di Kecamatan Tamansari ada Pandawa Patra, maka di Kecamatan Kemusu ada Kresna Patra, kelompok difabel yang fokus kegiatannya di bidang keterampilan menjahit.

Minggu, 8 September 2024, saat ketik.co.id menyambangi sanggar Kresna Patra di Desa Klewor, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, terdapat 25-an orang penyandang disabilitas sedang berkumpul.

Menariknya, diantara mereka tersaji berbagai masakan, mulai dari menu ringan hingga berat, antara lain kacang rebus, pisang goreng, lalapan, lele goreng, nasi, sambal, dan juga minuman dingin.

“Ini barusan selesai arisan. Kita jadwalkan sebulan sekali, setiap minggu pertama. Pokoknya setelah teman-teman yang kerja di Garmen selesai gajian hehe,” jelas Sri Setyaningsih, pendiri sekaligus ketua Sanggar Kresna Patra, kepada ketik.co.id.

Sri, panggilan akrabnya, menjelaskan kegiatan arisan yang digelar rutin satu bulan sekali tersebut, bukan sekadar arisan biasa, melainkan sebagai wadah silaturahmi sekaligus mencari solusi terkait persoalan, baik dalam kehidupan sehari-hari atau di tempat kerja masing-masing anggota kelompok.

“Dalam forum sersan, serius tapi santai, ini kita akan mewadahi semua persoalan yang dihadapi oleh teman-teman. Kita carikan solusi atau jalan keluarnya. Bahkan bila perlu kita akan melakukan pendampingan,” jelas Sri.

Kresna Patra—Kelompok Kreasi Inklusi Nusantara, juga termasuk program CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Tengah (JBT) Fuel Terminal Boyolali, seperti Srikandi maupun Pandawa Patra.

Sejak diluncurkan tahun 2021 hingga kini sudah ada 450-an penyandang disabilitas yang dilatih mulai dari membuat pola pakaian (berbagai model) hingga menjahit.

“Mulai dari nol, sampai mereka benar-benar bisa bikin satu baju dan celana,” ujar Sri sambil menunjukkan salah satu contoh baju hasil kreasi anggota Kresna Patra.

Ratusan disabiltas itu berasal dari hampir 22 kecamatan di Kabupaten Boyolali. Sri tak pernah membatasi, difabel dari daerah mana pun boleh ikut latihan menjahit dan menjadi anggota Kresna Patra. Bahkan, ia berharap kiprahnya juga bisa ditiru serta diaplikasikan di seluruh penjuru Indonesia.

Bagi penyandang disabilitas yang sudah lulus, Sri memberikan 2 pilihan, menjadi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di bidang konveksi, atau jadi pekerja di pabrik garmen. Dari 450 penyandang disabilitas tersebut sekitar 57-an menjadi pekerja pabrik garmen, sisanya ada yang berwirausaha serta kembali ke orangtuanya.

Salah satu disabilitas, juga anggota kelompok Kresna Patra yang berhasil menjadi wirausaha secara mandiri adalah Daryono. Meskipun ia harus menggunakan kursi roda, tapi semangatnya selalu membara.

“Alhamdulillah, berkah adanya Kresna Patra, saya dapat hidup mandiri. Juga bisa membantu ekonomi keluarga,” ungkapnya bahagia.

M. Andika Gunawan Fuel Terminal Manager PT Patra Niaga Regional Jawa Tengah (JBT) Fuel Terminal Boyolali mengatakan, Pertamina mempunyai komitmen dalam membangun masyarakat salah satunya dengan meningkatkan kapasitas kelompok rentan seperti penyandang disabilitas.

“Kami melihat bahwa penyandang disabilitas di Kabupaten boyolali masih cukup banyak sekitar 7.000-an orang. Namun masih banyak yang belum mandiri, tidak memiliki pekerjaan, dan terkesan terpinggirkan. Karena itu, kami menghadirkan program pemberdayaan difablepreneur dengan tujuan untuk meningkatkan skill penyandang disabilitas dalam menjadi para pelaku UMKM,” jelas Andika kepada ketik.co.id, Sabtu, 5 Oktober 2024.

“Sejak tahun 2018, kami mengembangkan Srikandi Patra, kelompok difabel yang berfokus pada batik tulis. Kami kembangkan kelompok ini dari ring 1, yakni Desa Tawangsari, lalu meluas dengan kelompok-kelompok lain di ring 2, hingga ring 3,” imbuhnya.

Menurut Andika, kelompok difabel seringkali dipandang sebelah mata, sehingga termarginalkan, terpinggirkan, bahkan dianggap sebagai beban. Padahal, mereka memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk hidup dan bermasyarakat seperti pada umumnya. Dari situlah kami ingin memberikan kesetaraan bagi penyandang disabilitas untuk tetap berkarya.

“Kami menginginkan kemandirian dari mereka sehingga tidak bergantung kepada orang lain lagi, serta memiliki pekerjaan yang layak dan setara. Sesuai moto kami dalam memberdayakan masyarakat, yakni No One Left Behind,” harap Andika.

Fuel Terminal Boyolali tak sekadar melahirkan kelompok UMKM dari penyandang disabilitas, namun juga berusaha memperluas jejaring dengan membentuk mitra dengan perusahaan garmen di Kabupaten Boyolali. Tujuannya, supaya menyerap tenaga kerja penyandang disabilitas. Salah satu contohnya adalah Kresna Patra di Kecamatan Kemusu.

“Dari situ kami dapat menghasilkan local hero yang memiliki jejaring luas dengan torehan prestasi sebagai Local Hero terbaik versi Kementerian BUMN pada tahun 2023 oleh Ibu Sri Setyaningsih. Selain itu, juga mendapatkan penghargaan sebagai Sosok Liputan 6 Awards SCTV pada tahun 2023, dengan kategori Sosok Penggerak Ekonomi Kerakyatan dan UMKM,” tambahnya.

Ada beragam dukungan yang diberikan Pertamina dalam program difabelpreneur di Kabupaten Boyolali, mulai dari peningkatan kapasitas SDM baik lewat pelatihan dan lainnya, bantuan modal usaha, hingga infrastruktur bagi masing-masing fokus kegiatan penyandang disabilitas (membatik, menjahit serta pembibitan tanaman).

“Saat ini kami telah melatih lebih dari 500-an orang penyandang disabilitas terdiri dari berbagai kegiatan pelatihan. Mereka kebanyakan menjadi pelaku usaha, dan sekitar 57 orang telah terserap menjadi karyawan tetap perusahaan garmen, satu orang menjadi tenaga alih daya di perusahaan. Kami merasa target kami berhasil dengan sangat baik, karena nilai indeks kepuasan masyarakat tinggi, yakni 94,59. Penilaian tersebut dilaksanakan dengan melibatkan tim peneliti dari Universitas Diponegoro Semarang,” pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Boyolali PT Perlamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Srikandi Patra Pandawa Patra Kresna Patra