KETIK, MADIUN – Mbah Nyoto atau Suyoto, pria lansia yang sudah 7 tahun tinggal di 'Goa' alias lubang kerukannya sendiri dekat pemakaman umum Desa Sidomulyo, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun kini telah tinggal di Pondok Lansia Kabupaten Blitar.
Dia juga mulai mau berinteraksi dengan warga Pondok Lansia lainnya. Mbah Nyoto, sebelumnya tidak mau berinteraksi dengan siapapun kecuali juru kunci makam yang merupakan temannya sejak kecil.
Jumat lalu (21/6)2024), tim gabungan Dinsos Kabupaten Madiun berhasil membujuknya untuk keluar dari 'Goa' buatannya sendiri itu secara perlahan, dia lantas dievakuasi ke Pondok Lansia.
Kini mbah Nyoto mulai menjalani kehidupan baru dengan lebih baik. Lelaki 80 tahun itu juga mulai dikenalkan kepada sesama penghuni Pondok. Dia tampak mulai bisa beradaptasi menjalankan aktivitasnya yang baru.
Petugas fasilitator Dinas Sosial di Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun Farhatul Hasanah menceritakan, mbah Nyoto berasal dari Desa Rejosari, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun. Dia dulunya memiliki keluarga kecil yakni seorang istri dan anak.
Namun, karena terjadi permasalahan keluarga, akhirnya membuat Suyoto pergi dari rumah dan menghilang tanpa kabar.
“Sempat berpindah-pindah dari gubuk satu ke gubuk lain. Saat menghilang kondisinya linglung,” jelas Farhatul.
Terungkap, istri Mbah Nyoto sudah meninggal, ditambah anaknya saat ini sedang mengalami sakit kejiwaan, bisa dikatakan Mbah Suyoto kini hidup sebatang kara.
“Sekitar tujuh tahun silam, warga setempat Sri Mulyani, mengetahui Suyoto tinggal sendirian di lubang tanah tersebut,” ungkapnya.
“Saat itu bu Sri tidak mengetahui harus melapor ke mana, karena Suyoto tanpa identitas dan masuk penduduk mana,” imbuhnya.
Petugas Dinsos kabupaten Madiun saat membujuk mbah Nyoto keluar dari lubang tempat tinggalnya (21/6/2024) (Foto: Dinsos Kab. Madiun)
Setelah itu, lanjut dia, Sri Mulyani memutuskan menghubungi saudara Suyoto di Sidoarjo. “Akhirnya saudaranya itu yang mengirimkan uang ke bu Sri untuk biaya makan Mbah Suyoto,” terangnya.
Farhatul mengaku pihaknya tidak mengetahui pasti kesehatan mental dan kejiwaan Suyoto. Hanya saja, ia menyimpulkan secara medis ada indikasi sikap katatonik atau tidak ingin berkomunikasi dengan siapapun.
Suyoto hanya mau berkomunikasi dengan juru kunci makam yang kebetulan temannya sejak kecil.
“Cenderung bersembunyi di lubang ketika ada orang. Kalau tidak ada orang, baru keluar untuk buang air dan mandi. Lubang tersebut dibuat sendiri oleh Suyoto dengan mengeruk perlahan demi perlahan,” bebernya.
Meski demikian, Suyoto pernah mengikuti perekaman E KTP dan terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan.
“April lalu, tim fasilitator Dinas Sosial setempat mendapatkan informasi dan melaksanakan upaya tersebut,” paparnya.
“Sebenarnya ada saudara kandung di Rejosari, namun karena keadaan ekonominya menengah ke bawah sehingga mereka membuat pernyataan tidak mampu merawat Suyoto,” sambungnya.
Di sisi lain, bantuan yang diterima sementara adalah BPJS Kesehatan. Nantinya akan diusulkan untuk bantuan langsung tunai dana desa dan lain sebagainya. (*)