KETIK, MADIUN – Depresi karena kehilangan harta benda, Mbah Nyoto (80) warga Kabupaten Madiun hidup dalam lubang besar, sejenis 'goa' kecil yang beratapkan asbes berkarat. Bahkan, terdapat spanduk bekas terpasang sebagai penutup tempat tinggal.
Setiap hari, pria lansia ini menggunakan lubang tersebut sebagai tempat tidur dan duduk. Tempatnya juga bersebelahan dengan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Sidomulyo, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun.
Melihat kondisinya memprihatinkan, petugas gabungan dari Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Madiun, bersama masyarakat, dan pemerintah desa, langsung mengevakuasi Kbah Nyoto yang berasal dari Desa Rejosari tersebut.
Butuh waktu berjam-jam bagi petugas untuk membujuk rayu Mbah Nyoto agar mau keluar dari lubang. Mulai dari mengirim makanan, rokok, hingga diajak mengobrol.
Usaha mereka tidak sia-sia. Mbah Nyoto akhirnya keluar, lalu berjalan perlahan lahan ke mobil Ambulance, walaupun sesekali beristirahat lantaran kondisinya yang lemah.
Warga setempat, Sri Mulyani menuturkan, Mbah Nyoto sudah 7 tahun menempati rumah tidak layak. Warga pun sudah berusaha membujuk pindah, namun tidak mampu.
“Mandi, dan buang air di sungai. Saya setiap hari mengirim makanan. Fisiknya sehat, cuma kurang komunikasi,” ujar Sri Mulyani.
Menurutnya, lubang yang ditempati Mbah Nyoto dibuat secara mandiri, tanpa meminta bantuan kepada masyarakat sekitar.
“Kalau sudah dibawa dan ada yang merawat, rasanya lega, plong, terima kasih banyak atas perhatiannya,” ucapnya.
Di tempat yang sama, Plt Kadinsos Kabupaten Madiun Agung Budiarta menuturkan, Mbah Nyoto akan dibawa ke Blitar guna mendapat perawatan lebih lanjut.
“Tadi kami melakukan asesmen dan dari keluarga tidak mampu merawat,” tuturnya.
Dirinya mengungkapkan, Mbah Nyoto dibawa ke Blitar lantaran kapasitas UPT Lansia di Kabupaten Madiun sudah penuh. Meski begitu, pihaknya tetap rutin memantau perkembangan dan kesehatannya.
“Semoga kondisinya menjadi lebih baik, sehat. Kemudian juga diperiksa karena ada dugaan depresi, perawatan dari sisi kejiwaan juga pasti dilaksanakan,” bebernya.
Ia menambahkan, penanganan dijamin BPJS Kesehatan agar layak hidup seperti manusia pada umumnya. Selama ini hanya diberikan makan sama orang sekitar setiap hari.
“Sudah ada persetujuan keluarga dan pemerintah desa. Ada depresi masa lalu kehilangan harta benda. Namun dari sisi itu belum bisa memastikan apakah ODGJ,” pungkasnya. (*)