KETIK, SURABAYA – Hasil riset perguruan tinggi sangat diharapkan untuk bisa efektif diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan warga desa. Karena itu, kolaborasi dengan pihak swasta amat dibutuhkan. Sebab, upaya pemberdayaan ekonomi desa membutuhkan kaborasi tiga unsur yakni perguruan tinggi, pemerintah daerah, serta perusahaan.
Hal ktu dipaparkan Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Desa, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Provinsi Jawa Timur, Endah Binawati Muriandini, saat menjadi narasumber di acara Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (SN-PKM) 2023 yang diadakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) di Auditorium Lantai 9 Tower Unusa Kampus B Jemursari Surabaya.
"Banyak penelitian yang mungkin belum diimplementasikan di masyarakat. Saatnya kampus bekerjasama dengan pemerintah Provinsi Jawa Timur, pemerintah kabupaten, pemerintah desa, dan perusahaan, melalui konsep Pentahelix untuk memberdayakan masyarakat," tutur Endah, Rabu (4/10/2023).
Salah satu tujuan utama kolaborasi ini adalah agar masyarakat di Jawa Timur dapat menjadi mandiri secara ekonomi. Dalam upaya untuk mencapai tujuan ini, Endah menggarisbawahi pentingnya pengabdian masyarakat oleh semua desa.
"Semua desa seharusnya telah melaksanakan pengabdian masyarakat. Kami juga telah berkolaborasi dengan perguruan tinggi negeri dan swasta di Jawa Timur untuk melakukan kolaborasi dengan masyarakat," ungkapnya.
Endah menambahkan, kolaborasi ini melibatkan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi yang telah memberikan ilmu dan sumber daya kepada desa. Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas desa, terutama dalam hal kepemilikan badan hukum.
"Saat ini banyak desa yang belum memiliki status badan hukum, terkait Badan usaha Milik Desa (Bumdes), sehingga ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Ini merupakan peluang bagi perguruan tinggi untuk bekerja sama dengan meningkatkan kapasitas desa menjadi badan usaha yang memiliki kelembagaan yang kuat, modal yang kuat, dan sumber daya manusia yang handal," tambah Endah.
Sementara itu, Ketua Forum Corporate Social Responsibility (CSR) Indonesia, Dr., Ing., Ir., Mahir Bayasut, MM., mengkaji potensi desa, terdapat beberapa pertanyaan yang dapat menjadi dasar pertimbangan. yakni, perlu dipertimbangkan sejauh mana nilai inovasi yang dapat ditemukan dalam beragam aspek potensi sumber daya yang dimiliki oleh desa tersebut.
“Perlu dilakukan identifikasi secara teliti untuk mengetahui apakah terdapat aspek-aspek inovatif yang dapat terlihat di dalam sektor-sektor seperti perikanan, pertanian, atau bahkan dalam bidang-bidang lainnya,” ungkapnya.
Mahir menambahkan, perlu difokuskan bagaimana perguruan tinggi dapat mengambil peran yang lebih aktif dalam meningkatkan tingkat inovasi di desa tersebut. Adanya keterlibatan perguruan tinggi dalam memfasilitasi pengembangan inovasi di tingkat desa, diharapkan bahwa hasilnya akan mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa secara keseluruhan.
"Adanya kolaborasi yang erat, penduduk lokal, dan perguruan tinggi dapat bersinergi, saling mendukung, dan bersama-sama berkontribusi dalam upaya pengembangan dan peningkatan kualitas hidup di desa mereka,” ungkapnya.
Terkait pemberdayaan desa, Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., berharap melalui desa-desa yang mandiri akan muncul berbagai kegiatan ekonomi yang dapat berkembang. Setiap desa di Jawa Timur dapat meningkatkan perekonomiannya secara mandiri, sebagai contoh, kita dapat membayangkan potensi ekonomi yang bisa tumbuh di sana.
“Walaupun tidak semua desa dapat mencapai 100% mandiri dalam hal ekonomi, inovasi adalah kunci. Sebagai contoh, kisah sukses dari desa-desa di Jawa Timur dapat direplikasikan di seluruh desa di Indonesia,” ungkapnya.
Jazidie menambahkan, penguatan keterampilan warga desa sangat penting karena ini adalah cara untuk meningkatkan ekonomi desa. Selain itu, pembelajaran dapat diambil dari industri yang dapat menghubungkan desa dengan kampus. Terlalu sering, industri tidak langsung terlibat dalam kegiatan mahasiswa.
“Perguruang Tinggi harus tanggap dengan situasi di masyarakat. Oleh karena itu, dalam mengelola proyek sosial atau pendidikan, penting untuk menggandeng industri dan lembaga pendidikan tinggi,” ungkapnya.
Alumnus S2 dan S3 di Universitas Hiroshima Jepang ini menambahkan, dana yang disediakan oleh industri dan lembaga pendidikan adalah salah satu kunci keberhasilan dalam mengelola kegiatan yang dapat mendorong perkembangan masyarakat dan ekonomi. Di sini, penggalian potensi budaya juga sangat penting, seperti yang dilakukan oleh Korea dalam mengemas budaya mereka dengan inovasi.
“Melalui bantuan aplikasi dan teknologi informasi, potensi kuliner desa dapat diketahui oleh masyarakat lebih luas. Penggunaan teknologi informasi juga dapat mempermudah pencarian makanan khas daerah oleh mereka yang merantau, sehingga potensi ekonomi desa tetap terjaga,” ungkapnya. (*)