KETIK, SIDOARJO – Golden age merupakan periode penting bagi perkembangan kecerdasan anak. Anak-anak usia emas tersebut perlu pendapat perhatian agar bisa tumbuh cerdas secara maksimal. Kuncinya ada para pendidik usia PAUD. Kurikulum pendidikan tidak kalah menentukan.
Yayasan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Sidoarjo mengadakan lokakarya (workshop) tentang Implementasi Kurikulum Merdeka. Ratusan guru dan pendidik dari pendidikan anak usia dini (PAUD) mengikutinya pada 13 dan 14 Juni di SMPN 4 Sidoarjo.
”Dengan implementasi Kurikulum Merdeka ini pada pembelajaran PAUD, marilah kita maksimalkan perkembangan kognitif anak dengan metode-metode yang menyenangkan,” kata Pembina Yayasan Dharma Wanita Persatuan Sidoarjo Hj Sa’adah Ahmad Muhdlor SHum.
Dengan penerapan Kurikulum Merdeka di tingkat pendidikan paling dasar, anak-anak didukung untuk menguasai kemampuan dasar lebih dulu. Mereka belajar secara menyenangkan. Ceria, gembira tanpa beban belajar. Misalnya, tidak perlu lagi ujian calistung (baca tulis hitung) untuk anak-anak PAUD yang akan masuk SD.
Menurut Ning Sasha, sapaan Hj Sa’adah, Indonesia masih menempati peringkat ke-62 di antara 70 negara dalam tingkat minat membaca. Kondisi itu merupakan dampak negatif kurangnya minat baca. Masyarakat tidak mampu bersaing dengan bangsa lain karena ilmu pengetahuan belum berkembang pesat.
”Salah satu faktor pemicunya yaitu kurang maksimalnya perkembangan anak pada masa usia emas (golden age),” ujar Ning Sasha.
Kurikulum yang sesuai dengan perkembangan perlu menjadi pegangan tenaga pendidik. Penerapan kurikulum berdampak luas bagi anak didik. Dari pendidikan tingkat terbawah hingga perguruan tinggi.
”Konsep kurikulum yang wajib dipegang tenaga pendidik adalah kurikulum yang sesuai dengan perkembangan serta peraturan,” tambah Ning Sasha di hadapan 363 pendidik guru dan PAUD se-Kabupaten Sidoarjo
Mereka mengikuti dengan serius paparan dari narasumber Prof Gunarti Dwi Lestari MSi MPd dan Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo Dr Ng. Tirto Adi MP, M.Pd. (*)