KETIK, SURABAYA – Dunia berduka atas tragedi Halloween Itaewon yang menelan korban jiwa lebih dari 150 orang pada Sabtu (29/10). Saksi menuturkan, pada saat kejadian banyak orang yang sibuk merekam tanpa menolong.
Para korban tewas tertindih dan kekurangan oksigen akibat kerumunan massa yang memenuhi distrik dengan jalan yang sempit dan curam itu.
Salah seorang saksi mata yang melihat lebih banyak orang merekam dari pada menolong adalah Kim Seo-jeong. Ia menyebut, saat kejadian keadaan begitu kacau.
“Pada saat kami memasuki gang pada jam 8 malam, sudah ada begitu banyak orang sehingga kami hampir tidak bisa melangkah maju. Kami menyerah satu jam kemudian dan mencoba berbalik untuk pulang, tetapi kami juga tidak bisa bergerak ke arah lain." kata Kim seperti dikutip dari AFP.
Lebih lanjut, Kim mengatakan tak lama kemudian ada sekelompok pemuda yang berteriak ‘dorong’ hingga menyebabkan orang lain terjatuh.
Kim mengungkapkan kejadian tersebut bak kartu domino karena orang mulai berjatuhan dan saling tertindih di jalanan yang curam itu. Beberapa orang berupaya meminta tolong, namun suara musik terdengar sangat keras sehingga suara minta tolong nyaris tidak terdengar.
Ironisnya, ketika korban mulai berjatuhan beberapa masyarakat di sekitar sibuk merekam kejadian tersebut alih-alih menolong.
“Orang-orang merekam kerumunan dengan smartphone mereka. Beberapa sibuk memakai kosmetik Halloween. Yang lain meneriaki pemilik bar, menanyakan kapan mereka bisa masuk. Beberapa petugas polisi yang bergegas ke tempat kejadian, meniup peluit, mencoba mengendalikan kerumunan, tetapi tidak berhasil,” tambah Kim.
Walaupun begitu, beberapa masyarakat turut membantu kepolisian dan tenaga medis yang kewalahan menangani insiden tersebut. Mereka melakukan CPR untuk membantu mereka yang mengalami henti jantung.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-Yeol pun menetapkan hari berkabung nasional pada Minggu (30/10) sebagai bela sungkawa untuk para korban. Yoon menilai kejadian ini sangat tragis dan seharusnya tidak terjadi. (*)