KETIK, MALANG – Mahasiswa Universitas Brawijaya yang mengikuti program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) mencoba membangun literasi digital di Desa Morang, Kabupaten Madiun Jawa Timur. Pada program tersebut, para mahasiswa memilih mengenalkan budidaya jamur tiram yang sempat terhenti.
Salah satu mahasiswa, Afinsya telah melakukan wawancara dengan pemilik usaha jamur tiram. Hasil wawancara tersebut digunakan untuk penyebaran informasi budidaya jamur tiram milik Desa Morang.
"Hasil dari wawancara dengan pengusaha jamur nantinya dimasukkan dalam salah satu program MMD, yaitu literasi digital," ujarnya, Jumat (4/8/2023).
Ia bersama kelompoknya mendokumentasikan hasil peliputan tersebut melalui akun media sosial yang telah mereka buat. Diharapkan publikasi tersebut dapat mengenalkan potensi Desa Morang kepada masyarakat.
"Ada Instagram desa untuk menyebarkan informasi dan wadah UMKM Desa Morang. Harapannya mampu meningkatkan minat baca masyarakat serta mengangkat produk UMKM di Desa Morang," tambahnya.
Budidaya jamur tiram di Desa Morang (foto: Afinsya, Mahasiswa MMD)
Di lain sisi, salah satu pengusaha jamur tiram di Desa Morang, Lejar mengatakan budidaya jamur tiram membutuhkan teknik khusus. Pasang surutnya hasil panen sering disebabkan oleh faktor cuaca yang berpengaruh pada kelembaban jamur. Alhasil, banyak pengusaha jamur yang menutup usaha budidaya jamur tiram.
“Budidaya jamur ini dikembangkan dengan cara membeli bibit yang dipesan dari Yogyakarta. Kemudian saya mengembangbiakkan secara mandiri dengan media tanam dari serbuk gergaji," ujarnya
Pria yang menggeluti budidaya jamur tiram hingga 10 tahun tersebut mengaku kesulitan dalam melakukan budidaya. Beruntungnya, ia berhasil menemukan metode yang pas supaya hasil budidaya tetap berjalan meskipun saat musim kemarau.
"Beberapa teman ada yang mencoba tapi banyak yang menyerah karena kurang konsisten. Menemukan metode budidaya juga sulit apalagi saat musim kemarau. Saya berhasil menemukan metode yang tepat agar jumlah panen tetap stabil ketika musim kemarau. Caranya dengan disiram pada saat cuaca sedang terik,” terangnya.
Panen jamur tiram biasa dilakukan saat pagi hari. Hasil panennya seringkali terjual habis di pasaran. Ia biasa menjajakan jamur tiramnya ke pedagang keliling maupun dikirim langsung ke pasar.
“Untuk panen biasanya dilakukan setiap pagi secara manual. Hasil panen langsung diambil oleh pedagang keliling dan sebagian dikirim ke pasar. Saya terbiasa kirim ke Pasar Morang, Cermo, yang paling jauh serta terbanyak ada di Gondosuli," sambungnya.
Lejar berharap usaha jamur tiram miliknya dapat bertahan dan meningkatkan perekonomian keluarganya. Besar harapannya untuk dapat berbagi ilmu yang ia miliki kepada calon pengusaha jamur tiram lainnya.
"Harapan saya semoga bisnis ini dapat menambah ekonomi keluarga. Saya juga mempersilahkan siapa saja untuk belajar mengenai budidaya jamur tiram kepada saya. Akan saya ajarkan ilmu yang sudah saya miliki,"tutup Lejar.(*)