KETIK, JEMBER – Politeknik Negeri Jember (Polije) menggelar pameran produk karya mahasiswa Program Studi Manajemen Agroindustri, Jurusan Manajemen Agribisnis di Aula Soetrisno Widjaja pada Rabu (8/5/2024).
Gelar produk ini merupakan hasil pembelajaran dari mata kuliah dengan metode Project Based Learning (PBL) pengembangan produk inovasi agroindustri.
“Model pembelajaran ini terus didorong untuk memberikan pengalaman baru bagi mahasiswa yang konteksnya lebih kepada menangkap permasalahan di lapangan,” kata Surateno, Wakil Direktur Bidang Akademik di sela-sela kegiatan.
Dari identifikasi masalah tersebut, harapannya mahasiswa bisa menghadirkan alternatif maupun solusi permasalahan tersebut dalam bentuk produk.
Bukan kampus vokasi namanya jika hasil pembelajaran PBL tidak dibarengi dengan kewirausahaan. Ratusan mahasiswa yang terbagi dalam puluhan kelompok bisa menjual produk-produknya secara meluas dan berkelanjutan.
Surateno, Wadir Bidang Akademik Polije meninjau display produk metode pembelajaran Project Based Learning (8/5/2024) (Foto: Humas Polije)
“Kami tadi sudah pesan agar hasil pembelajaran ini tidak berhenti sampai display hari ini saja. Tetapi terus dikembangkan sehingga suatu saat ini mereka memiliki basic kewirausahaan yang kuat,” lanjut Surateno.
Sehingga harapannya setelah mahasiswa ini lulus, mereka sudah memiliki usaha yang telah dirintis. Tidak memulai lagi dari nol atau belum stabil.
“Mereka ini kan sedang menempuh semester 6, saya kira masih ada waktu satu tahun kedepan untuk melengkapi persyaratan izin edar produk ya,” lanjutnya.
Terutama pengujian laboratorium untuk melihat sisi keamanan penggunaan produk tertentu. Baik itu nutrisi dalam suatu produk pangan maupun kandungan senyawa kimia.
Terpisah, salah satu mahasiswa, Putri Sekar Sari, peserta gelar produk mempresentasikan produk inovasi sabun berbahan dasar dari kulit pisang.
Kelompoknya melihat limbah kulit pisang di Jember belum dimanfaatkan dengan baik, hanya berakhir di tempat sampah saja. Kurang lebih satu bulan lamanya mengembangkan produk sampai menemukan formulasi yang tepat.
“Kami putar otak gimana caranya limbah pisang bisa dimanfaatkan untuk bisa mendapatkan nilai jual dan nilai guna. Akhirnya tercipta sabun kulit pisang untuk menghaluskan kulit,” tutur Putri.(*)