KETIK, SURABAYA – Lima lokasi di Kota Surabaya segera dijadikan kawasan Heritage. Hal ini merupakan duplikat Jalan Tunjungan yang sudah ditetapkan sebagai heritage.
Lokasi tengah kota yang jadi duplikat Jalan Tunjungan Heritage tersebut adalah kawasan kota lama Surabaya, Kampung Pecinan/ Arab, Kampung Surabayan, Keputran dan Darmo.
Di lima kasawasan ini diharapkan akan membawa dampak perekonomian masyarakat. Kawasan heritage tersebut termasuk rumah Bodrie peninggalan Belanda.
Di kampung Pecinan Surabaya Utara misalnya masih banyak bangunan kuno berarsitektur Tionghoa. Hal yang sama juga terlihat di kampung Arab di kawasan Wisata Religi Sunan Ampel.
Bangunan kuno di kawasan perkampungan Arab ini masih mempunyai ciri khas. Misalnya sebelum masuk ke dalam rumah ada tirai yang terbuat dari bambu.
Apabila lima kawasan heritage baru tersebut berjalan diharapkan bisa membawa dampak perekonomian warga setempat. Sebagai contoh, paguyuban UMKM bidang usaha kuliner di sekitar kasawan Jalan Tunjungan sudah nampak bergeliat.
Hal ini diakui oleh ketua Paguyuban UMKM- SWK Genteng Bazar Asnaria. Dia menyebut, sejak Jalan Tunjungan Heritage dihidupkan lagi usaha kuliner dari UMKM perkembangannya yang bagus dan omzet pelaku UMKM naik.
Asnaria berharap Pemerintah Kota Surabaya tidak hanya kawasan Tunjungan Heritage yang dihidupkan. Setidaknya kawasan heritage tersebut bisa bergeser di kawasan lain.
Kawasan khusus heritage yang dikembangkan pemkot memang punya kateristik berdeda. Selain koridor Jalan Tunjungan, masih ada beberapa perkampungan yang terjaga keasliannya. Misalnya kampung Peneleh, Kraton, Kebangsren dan Pandean.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dalam suatu acara mengatakan pengembangan kawasan heritage tidak bisa bergerak sendiri. Salah satu cara untuk berkembang diperlukan partisipasi masyarakat.
Misalnya di Jalan Tunjungan dibuat seperti di kasawan Eropa , Kya-Kya Jalan Kembang Jepun dibuat mirip di Tiongkok. Pada malam hari dipasang lampu yang identik di negeri asalnya.
Sementara itu, Freddy H Istano, Founder Surabaya Heritage Society menyambut baik rencana Pemkot Surabaya mengembangkan lima kawasan heritage.
Menurut dosen Universitas Ciputra ini, keberhasilan Tunjungan tidak serta merta bisa di copy-paste di daerah lain. Apalagi situasi dan kondisinya sangat jauh berbeda. Diakuinya daerah utara kaya peninggalan sejarah sepeti jalan Tunjungan.
“Tapi kawasan utara perkembangannya untuk bisnis saja” katanya.
Dia melihat kawasan perkotaan utara ditinggalkan karena sebagian warga memilih bermukim di wilayah Timur, Barat dan Selatan.
Secara psikologis dari tahun ke tahun, kawasan utara mati pada malam hari. Sebagai contoh Pasar Atum yang jadi magnet bisnis hanya beraktivitas sampai pukul 18.00 WIB.
Menurut Freddy, sulit wilayah utara membuat crowded karena sikon dan keunikan tidak signifikan untuk dikunjungi. “Magnet-magnet utama kota terlalu kuat di tiga kawasan yang kemudian menenggelamkan daerah utara”, katanya. (*)