KETIK, MALANG – Momen libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru) membuka peluang bagi tingkat kunjungan pariwisata di Kampung Tematik Kota Malang. Diketahui tingkat kunjungan wisatawan di kampung tematik naik dua kali lipat.
Berdasarkan keterangan dari Ketua Forum Komunikasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kota Malang, Isa Wahyudi peningkatan cenderung terjadi pada tiga kampung tematik.
Ketiga kampung tersebut ialah Kampung Heritage Kayutangan, Kampung Warna-Warni Jodipan, dan juga Kampung Tridi. Menurutnya kunjungan wisata mampu meningkat hingga 100 persen dibandingkan hari biasa.
"Kunjungan harian normalnya berkisar 200-300 wisatawan di masing-masing kampung wisata. Tapi saat Nataru kunjungan meningkat 80-100 persen, jadi dua kali lipat," ujar pria yang akrab dipanggil Ki Demang, Jumat (29/12/2023).
Wisatawan yang datang tak hanya didominasi oleh wisatawan domestik saja, namun juga wisatawan luar negeri. Bahkan wisatawan asing yang berkunjung ke Kampung Warna-Warni Jodipan sendiri dapat melebihi 200 orang tiap harinya.
"Kondisi ini tentu meningkat jika dibandingkan dengan tahun lalu. Peningkatan ini tidak lepas dari peran teman-teman Pokdarwis yang selalu semangat menghidupkan kampungnya," lanjut Ki Demang.
Berkat kenaikan wisatawan di Kampung Warna-Warni Jodipan, Kampung Biru Arema yang berada di sebelahnya pun terkena imbasnya. Meskipun peningkatan tak terlalu signifikan, namun jumlah kunjungan dapat bertambah hingga 30 persen.
Kota Malang memiliki banyak kampung tematik. Selain untuk tujuan wisata, beberapa kampung tematik memiliki basis untuk edukasi, seperti Kampung Budaya Polowijen, Kampung Keramik Dinoyo, Kampung Gerabah Penanggungan, dan lainnya. Akibatnya momen libur Nataru tidak terlalu memberikan dampak untuk kampung tematik berbasis edukasi.
"Kampung wisata itu kan dibagi dua. Ada kampung wisata berbasis edukasi dan kampung wisata berbasis kunjungan. Kalau edukasi seperti, kemarin juga banyak yang datang dengan bus-bus rombongan. Itu musimnya sudah selesai kemarin," tambahnya.
Pada momen libur Nataru, pihaknya berharap Pemkot Malang dapat lebih perhatian dengan keberlanjutan kampung tematik. Selain itu perencanaan hingga roadmap untuk mendukung eksistensi kampung tematik juga diperlukan.
"Contohnya Festival Kali Brantas dan beberapa event itu kami mengeluarkan sampai Rp 50 juta, itu dari kocek kami sendiri. Maka ke depan harus mengkaji ulang, membuat masterplan, roadmap, rencana aksi sehingga kampung wisata terbangun dengan lebih baik," sebutnya. (*)