KETIK, LABUHAN BATU – Wajahnya biasa saja, berkulit hitam bak sawo matang. Sekilas, dia tidak terlihat dilahirkan dari seorang ayah yang notabene etnis Tionghoa.
Wajar, matanya tidak terlihat sipit, kulitnya pun juga tidak putih. Dia, Tommy seorang tokoh muda etnis Tionghoa Labuhanbatu, Sumatera Utara berusia 42 tahun.
Tidak terlalu istimewa memang. Namun, langkahnya menggantikan sejumlah patok makam pejuang di Pekuburan Muslim Paindoan Rantauprapat yang hilang, merupakan tindakan perduli.
Pada Selasa, 13 Agustus 2024 siang, ayah tiga anak itu, menemui Syukur selaku penjaga Perkuburan Muslim Paindoan, Rantauprapat.
Tujuannya, mencari tahu berapa banyak tiang plank pejuang yang raib digondol maling. Setelah berbincang-bincang, Tommy mendatangi bengkel las terdekat dan menempahkannya kembali.
Mungkin, timbul pertanyaan mengapa anak ketiga dari tiga bersaudara buah hati pasangan Dr HC Sujian/Acan dengan Sumarni itu, mau bersusah payah.
Setelah ditelusuri, Tommy ayah 3 anak dari buah pernikahannya dengan Sri Handriani itu ternyata memiliki darah pejuang. Bahkan, kakeknya merupakan salah seorang veteran.
Menurut pria yang berorganisasi seperti di DPD KNPI, Karang Taruna Labuhanbatu maupun Perbakin Labuhanbatu itu, darah bersosial dan perduli kerap dipesankan ayahnya yang juga anggota DPRD Provinsi Sumut periode 2014-2019 silam.
"Bagaimanalah, saya juga ada darah pejuang. Ayah saya sering berpesan, jalin silaturahmi ke semua pihak dan selalu hargai pahlawan," ujar Tommy.
Tommy, tokoh muda etnis Tionghoa Labuhanbatu yang rela mengganti plank tanda pejuang di Perkuburan Muslim Paindoan Rantauprapat. (Foto: Tommy for Ketik.co.id)
Diceritakan oleh tokoh muda pernah tercatat sebagai Ketua Xtrim dan juga PC INTI Labuhanbatu itu, kakeknya Wong I Seng semasa hidup, merupakan penerima sejumlah penghargaan dari Pemerintah RI.
Seperti halnya, tanda penghargaan Menteri Pertahanan RI yang menyatakan Wong I Seng berpangkat Prajurit TNI Lama Non NRP dengan jabatan Anggota Bn. VIII Sub Terr VII Brigade XII.
Kala itu, kakeknya dianugerahi 'Satyalancana Peristiwa Aksi Militer Kesatu, dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 1958 diteken oleh Menteri Pertahanan, Djuanda.
Selanjutnya, kembali menerima anugrah penghargaan 'Satyalancana Peristiwa Aksi Militer Kedua'.
Selain itu, mendapat penganugerahan Tanda Jasa Pahlawan atas jasanya dalam perjuangan gerilya membela kemerdekaan negara.
Surat tanda jasa pahlawan itu dikeluarkan di Jakarta tanggal 10 Nopember 1958 ditandatangani Presiden Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI, Soekarno.
Dilanjutkan calon legislatif terpilih pada Pemilu tahun 2024 tersebut, tidak hanya terbatas pada kisah kakeknya. Ayahnya DR HC Sujian/Acan, hingga kini masih berkiprah.
Misalnya saja, menjadi Ketua Pengurus Daerah (PD) Indonesia Tonghoa (InTi) Labuhanbatu, Bendahara Pimpinan Daerah (PD) Pemuda Panca Marga (PPM) Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
"Mungkin sejarah itu juga membuat saya masih dan harus peka terhadap hal berbau pejuang. Semua kita harus ikut andil dalam kegiatan yang sifatnya menghargai jasa pahlawan," ujar Tommy mengakhiri. (*)