KETIK, PACITAN – Nasib mujur berpihak pada seorang gadis muda bernama Nurul Qomariyah (25) asal Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan.
Dua tahun lulus dari kampus lokal Pacitan tempatnya mendapat gelar sarjana, Nurul resmi diangkat jadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) formasi 2023 di SDN 5 Wonosidi.
Senyum pun selalu mengembang di pipi Nurul dalam aktivitas hari-hari. Jalan berbatu depan rumahnya adalah saksi perjalanan hidup Nurul yang penuh liku-liku.
Kendati tak semulus yang terlihat. Di usia mudanya ini, ia mengenang bagaimana keputusan keluarga yang penuh perdebatan panjang, melarang dirinya untuk kuliah.
"Sebenarnya saya ingin kuliah di luar kota namun orang tua tidak mengizinkan dengan alasan ekonomi. Tapi saya nekat agar tetap bisa lanjut kuliah meskipun hanya di Pacitan," ceritanya saat masuk kuliah pada tahun 2017 lalu kepada Ketik.co.id, Kamis, 10 Oktober 2024.
Dia memilih jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Pacitan kala itu.
Ia tetap lanjut dengan setengah hati. Sebelum dirinya mulai sadar bahwa di balik rencananya, ada takdir lain yang nyatanya lebih dari bayangannya.
“Akhirnya ya memilih PAI, dan saya yakin ini bukan hanya soal profesi, tetapi juga membawa berkah dunia dan akhirat,” ujarnya.
Dengan jadwal kuliah 3 hari dalam satu pekan, Nurul mengaku, saat kuliah ia tak hanya fokus pada akademik. Aktivitas organisasi menjadi pelarian dari kebosanan rutinitas kuliah yang berlangsung.
"PMII dan IPPNU termasuk yang membentuk mental dan karakter diri saya," ujarnya.
Waktu luangnya juga ia manfaatkan untuk memberi les privat anak-anak SD di sekitar kosnya hingga ia lulus kuliah.
Selang waktu, Nurul mencoba magang di SDN 5 Wonosidi beberapa tahun dengan gaji yang tak seberapa. Di tengah keraguan nasibnya itu, ada rekrutmen guru PAI PPPK formasi 2023.
Nurul pun mendaftar, bersaing dengan dua pelamar lainnya. Ketika mengikuti seleksi PPPK, Nurul mengaku minder lantaran harus bersaing dengan guru-guru berpengalaman dan mereka yang sudah memiliki sertifikat pendidik.
“Awalnya agak minder karena bukan lulusan dari kampus bonafide. Apalagi saya juga belum mengikuti PPG, itu tantangan besar,” kenangnya.
Tapi semangatnya tak pudar. Ia terus berharap dan berdoa. "Pas waktu itu, tiap malam berdoa, salat Tahajud tak lakukan semua," ucapnya.
Hingga pada 2023, doa-doa yang dipanjatkan Nurul diijabah. Pengumuman resmi Pemkab Pacitan menyatakan bahwa Nurul Qomariyah diterima sebagai PPPK.
“Tidak menyangka, rasanya senang dan terharu. Dengan waktu pengabdian yang tak terlalu lama, alhamdulillah saya diterima. Tapi saya juga menyadari tanggung jawab besar setelah jadi guru,” tuturnya.
Kini, Nurul tak hanya dikenal sebagai guru muda di Desa Wonosidi. Ia juga menjadi contoh bagi masyarakat sekitar yang semula meragukan pilihan pendidikannya.
“Awalnya banyak yang memandang rendah, karena saya hanya kuliah di dalam kota. Tapi sekarang, mereka tahu bahwa lulusan lokal juga bisa menjadi abdi negara,” ujarnya bangga.
Dilihat dari senyum hangatnya, Nurul seolah membuktikan bahwa keberhasilan tak selalu tergantung pada di mana seseorang menimba ilmu, melainkan pada ketekunan, keyakinan, dan keberanian untuk bermimpi besar. (*)