KETIK, MADIUN – Kebanyakan orang biasanya mendonorkan darah hanya sesekali. Bukan jadi agenda rutin yang harus dilakukan beberapa bulan sekali. Namun, itu berbeda bagi Bambang Rusiadi.
Warga Tamanarum, Kecamatan Parang, Magetan itu menjadikan donor darah sebagai misi kemanusiaan dan ladang ibadah. Tiap tiga bulan sekali, dia musti menjadwalkannya. Dia bahkan telah rutin melakukan itu berpuluh tahun lamanya.
Anggota korps Sukarelawan PMI ini melakukan donor darah secara sukarela. Tanpa imbalan. Rutinitas mulia itu sudah dia lakukan sejak 56 tahun lalu. Itu sejak dirinya bergabung sebagai korps sukarelawan PMI kabupaten Madiun di 1968.
Di tahun yang sama pula, Bambang Rusiadi muda saat itu mendapat tugas ke PMI pusat jalan Kramat Raya Jakarta, untuk belajar transfusi darah.
"Saya termotivasi belajar transfusi darah di PMI Jalan Kramat Raya, karena melihat ada mahasiswa yang waktu itu sering tidur di PMI. Ternyata dia kena leukemia yang sewaktu-waktu membutuhkan darah. Dari situlah yang mendonorkan darah dengan niatan membantu misi kemanusiaan," kata Bambang.
"Donor darah pertama kali, pada usia 18 tahun. Sekarang usia saya sudah 75 tahun. Jadi sudah 56 tahun saya rutin mendonorkan darah," sambung Bambang Rusiadi kepada Ketik.co.id, Rabu (7/8/2024).
Dedikasi selama 56 tahun itu, membuat pria dengan empat anak tersebut mencatatkan pencapaian, sebanyak 150 kali donor darah. Bukan pencapaian yang mudah dilakukan oleh kebanyakan orang.
Donor darah baginya ladang Ibadah. Selama mendonorkan darah, ada kejadian berkesan dalam hidupnya. Pria kelahiran Nganjuk 8 Juni 1950 ini menceritakan, pernah pada suatu hari dirinya dihubungi pihak rumah sakit karena ada pasien seorang ibu-ibu dengan posisi hamil mengalami kecelakaan di wilayah Dolopo Madiun.
Singkat cerita, ibu-ibu tersebut membutuhkan transfusi darah golongan O. Bambang bersama temannya yang bernama Rudito pun dihubungi untuk mendonorkan darah. Setelah sembuh dan melahirkan, pasien tersebut menanyakan nama pendonor darah untuk dirinya ke pihak rumah sakit.
Setelah mengetahui, ternyata sebagai rasa terima kasih, nama anaknya yang lahir pun dinamakan Bambang Rudito. Gabungan dari nama Bambang Rusiadi dan Rudito, dua sosok yang telah berjasa membantunya tersebut.
"Niat saya semata-mata ibadah, jadi cerita ibu-ibu itu tadi membuat saya berkesan," ujarnya.
Atas dedikasinya diganjar Satyalancana Kebaktian Sosial dari Presiden.
Bambang Rusiadi merupakan ayah dari dua putri dan dua putra. Dia adalah pensiunan Dinas Kesehatan di kabupaten Magetan Jawa Timur.
Niat tulus dan ihklasnya menolong sesama selama bertahun-tahun yang dijalani Bambang Rusiadi akhirnya berbuah manis.
Pada 17 September 1987, Ia masuk dalam 51 orang yang diundang ke Jakarta dan dianugerahi penghargaan tertinggi dari PMI yakni piagam Kehormatan Satyalencana Kebaktian Sosial dan Pin Emas Murni dari Presiden Republik Indonesia Soeharto kala itu.
Kemudian, dirinya mendapat penghargaan kedua kalinya piagam Kehormatan Satyalencana Kebaktian Sosial pada 19 Desember 1991 dari Kementerian Sosial di Jakarta.
"Pak Harto itu santun orangnya mas, saya memberanikan diri bertanya ke beliau waktu itu. Bapak apa pernah donor darah? dan dijawab yang pernah waktu jadi prajurit jawabnya," terangnya.
Selain sebagai ladang ibadah dan membantu sesama, dari donor darah, dirinya mengaku mendapatkan banyak kemanfataan. Satu di antaranya tubuh menjadi sehat.
Lelaki yang masih energik ini mengaku bersyukur kepada Tuhan, selama ini telah diberikan tubuh yang prima dan sehat sehingga bisa terus membantu kepada sesama. (*)