KETIK, SURABAYA – Selama muhibah di Kota Baghdad Irak, Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa tak ketinggalan berziarah ke makam tokoh sufi termasyhur setelah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang akrab dikenal sebagai Assayyid As Syekh Imam Junaid Al Baghdadi.
Assayyid Assyekh Imam Junaid Al-Baghdadi adalah seorang tokoh sufi yang banyak diteladani di dunia tasawuf. Ia juga dikenal sebagai pemimpin Kaum Sufi abad ke-3 Hijriah.
Syekh Imam Junaid Al Baghdadi memiliki nama lengkap Abu Al Qasim Al Juanid bin Muhammad Al Khazzaz Al Qawariri As Sujj An Nahawandi. Ia lahir pada 210 H di Baghdad dan wafat juga di daerah tersebut pada 298 H.
Imam Junaid Al-Baghdadi lahir dari keturunan bangsa Persia yang sudah lama menetap di Baghdad. Keluarganya berasal dari Nahawand yang terletak di Provinsi Jibal Persia.
Semasa hidupnya, Khofifah menjelaskan Syekh Imam Junaid Al-Baghdadi adalah seorang pedagang sutra. Ia mendapat julukan Al Khazzaz yang artinya "Pedagang sutra kasar." Beliau ditinggal wafat sang ayah ketika masih remaja.
"Sehingga beliau kemudian dirawat oleh pamannya dari garis ibu, yaitu As Saqati, yang kemudian juga menjadi guru utamanya,” urai Khofifah pada Kamis, (30/5/2024).
Di bawah bimbingan pamannya, Junaid Al-Baghdadi muda mendapatkan pelajaran mengenai ilmu-ilmu Islam. Mula-mula ia belajar mengenai fikih dan hadits.
Kemudian dengan ketertarikan pada ilmu tasawuf yang tinggi, ia kemudian memperoleh pengetahuan tentang tasawuf dan menjadi seorang sufi andal.
Dalam perspektif Junaid Al-Baghdadi, tasawuf adalah keluar dari setiap akhlak yang tercela dan masuk kepada setiap akhlak yang mulia.
“Pandangan tasawuf Junaid Al-Baghdadi yang cukup terkenal adalah beliau pernah berkata, ‘Kita tidak mengambil tasawuf dengan banyak berbicara. Kita mengambil tasawuf dengan banyak lapar (puasa), bangun malam, dan meninggalkan segala kenikmatan-kenikmatan,’” kata Khofifah.
Menurutnya Junaid Al-Baghdadi, tasawuf itu mengandung sepuluh pokok ajaran. Di antaranya Tidak memperbanyak benda-benda duniawi dan malah menguranginya. Contohnya harta.
ajarannya lebih mengutamakan berserah diri kepada Allah SWT. Kemudian juga mengerjakan segala hal yang disunahkan karena cinta kepada ketaatan.
Ajaran tasawufnya mengutamakan sabar dari kehilangan dunia dengan tidak mengeluh dan meminta-minta serta memilih-milih sesuatu ketika hendak mengambil atau mengerjakannya, banyak melakukan dzikir khafyy dan melakukan segala perbuatan dengan ikhlas hanya karena Allah SWT saja.
Tidak hanya itu, ajaran tasawuf yang diterapkan Syekh Imam Junaid Al Baghdadi adalah saat seseorang memiliki keyakinan kuat kepada Allah SWT sehingga ketika dilanda gelisah atau terasingkan, tetap bisa merasa tenang dikarenakan ada Allah SWT di dalam hati dan seluruh tindak tanduknya.
“Karya karya Syekh Imam Junaid Al-Baghdadi sangat mengemuka di dunia. Seperti Amsal Al-Qur'an dan Ar-Rasail, kemudian Al-Munajat dan Syarh Syathiyat Abi Yazid Al-Bustami. Juga Tashih Al-Iradah,” urai Khofifah lagi panjang lebar.
Secara khusus, Khofifah mengajak umat Islam di Indonesia untuk turut meneladani ajaran Syekh Imam Junaid Al Baghdadi. Terutama dalam memandang urusan-urusan ukhrowi yang jauh mengalahkan urusan duniawi. (*)