KETIK, PONOROGO – Masjid Tegalsari merupakan salah satu masjid kuno di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Dilansir dari situs kemdikbud.go.id, masjid ini dibangun sejak abad ke-18. Masjid kuno ini jaraknya 12 kilometer arah tenggara Kota Ponorogo. Luas masjid beserta pondok pesantrennya sekitar 4.500 meter persegi.
Di sekelilingnya berdiri tembok yang mengelilingi kompleks masjid. Tinggi tembok sekitar 11 meter.
Dalam Masjid Tegalsari Ponorogo. (Foto: SWidodo/ketik.co.id)
Masjid ini tercatat sebagai bangunan cagar budaya berdasar Undang-undang RI No 5 Tahun 1992.
Pendirian masjid itu digagas oleh Kiai Ageng Muhammad Besari, ulama kharismatik yang turut menyebarkan agama Islam di Ponorogo dan sekitarnya. Arsitektur Masjid Tegalsari pun unik. Di dalam masjid ada 36 tiang kokoh dari kayu jati tanpa paku. Semua kayu jati tersebut dikuatkan dengan pasak kayu.
Selain itu, kubah masjid terbuat dari tanah liat (sejenis gerabah) yang masih terjaga keasliannya hingga sekarang. Di depan makam Kiai Ageng Muhammad Besari. (Foto: SWidodo Selfie/ketik.co.id)
Bangunan masjid dengan atap tumpang tiga berada di sebelah barat. Ada empat saka guru, 12 sakarawa, dan 24 saka pinggir sebagai penyangga atap tajug yang dipasang dengan sistem ceblokan.
Saat ini kondisi kayu penyangganya masih kokoh. Sedangkan yang sudah rusak karena termakan usia adalah mimbar. Yang sekarang ada adalah mimbar kayu berukir yang merupakan replika mimbar asli. Setelah itu, di sebelah timur berdiri pendopo dengan atap limasan khas bangunan di Jawa.
Saat penulis gowes ke Masjid Tegalsari Ponorogo. (Foto: SWidodo Selfie/Ketik.co.id)
Itu berbeda dengan bangunan baru di sisi timur yang beratap kubah dari bahan metal. Lalu di depan masjid adalah rumah Kiai Ageng Besari.
Hingga saat ini rumah tersebut kondisinya masih terawat dan dijadikan objek wisata religi. (*)