KETIK, PACITAN – Tradisi ronthek sahur kembali menggema di berbagai sudut Kabupaten Pacitan, Jawa Timur selama memasuki bulan Ramadan 1445 Hijriah.
Menanggapi hal itu, Ketua Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Pacitan, Riko Andi Prastyawan, mengajak seluruh penggiat ronthek sahur untuk menjadikan tradisi ini sebagai ajang persatuan dan kerukunan, bukan perpecahan.
"Selain bulan ini adalah bulan penuh berkah (ramadan). Pun, mengaca kejadian tahun lalu sempat terjadi bentrokan antar kelompok Ronthek gugah sahur, dugaan adanya provokasi," ujar Riko, Minggu, (17/3/2024).
Sejatinya, tradisi ini bertujuan baik, yakni membangunkan warga untuk sahur dengan cara kreatif dan menghibur, sayangnya tak jarang diwarnai bentrok antar kelompok. Bahkan, hingga menimbulkan korban luka-luka.
"Bulan suci ini tak hanya menjadi momen untuk meningkatkan ibadah, tetapi juga menjadi ajang memperkuat persatuan dan kerukunan bangsa," ungkapnya.
"Jangan sampai di bulan suci ini ternodai dengan adanya pertikaian. Kan tradisi ini memiliki tujuan baik, yakni sebagai pengingat warga terkait waktu santap sahur sudah mulai dekat," sambungnya mengajak.
Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Riko mengapresiasi penggiat rontek setiap desa, yang setiap malamnya Istiqomah melaksanakan tradisi dengan tertib, kondusif dan tak menimbulkan pertikaian.
"Mari kita jadikan tradisi ronthek sahur ini sebagai momen untuk mempererat tali persaudaraan antar warga," sambungnya.
Pihaknya mengingatkan bahwa ramadan menjadi momen penting untuk merekatkan kembali persatuan dan kerukunan. Apalagi di tengah kondisi sosial yang semakin kompleks.
"Momen pasca gelaran Pemilu 2024 ini, sepatutnya ramadan jadi ajang untuk mempersatukan kembali umat Muslim maupun non-Muslim, khususnya warga Pacitan," sambungnya.
Sebagai pengingat, pergeseran tradisi dari semula positif menjadi negatif alias bentrok, tentunya tak hanya mengganggu suasana ramadan yang damai, tetapi juga dapat membahayakan keselamatan warga.
Hal itu berbanding terbalik dengan nuansa bulan suci yang kental dengan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong.
Benar adanya, bahwa bulan suci merupakan ajang untuk saling menghormati, menghargai perbedaan, dan memperkuat rasa persaudaraan antar sesama.
Dengan semangat Ramadan, diharapkan nilai-nilai persatuan dan kerukunan dapat terus terjaga dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, Indonesia dapat menjadi bangsa yang maju, sejahtera, dan damai.
"Pacitan akur, Rontek gugah sahur tanpa tawur. Murih lestari budaya kang luhur," pungkas Ketua Riko mengacu jargon Rontek yang beredar. (*)