KETIK, SURABAYA – Di era transformasi digital, semua sektor sangat dimudahkan dalam menerapkan digitalisasi. Termasuk dalam menjalani bisnis kuliner.
Bisnis kuliner atau F&B menjadi salah satu bisnis yang berkembang sangat pesat. Seiring dengan perkembangannya, banyak pelaku bisnis kuliner mulai berinovasi untuk mengembangkan bisnisnya secara digital (go digital) atau disebut juga sebagai digitalisasi bisnis.
Ferry Setiawan, ketua Apkrindo Jawa Timur menjelaskan digitalisasi ini dimulai dari penggunaan media sosial sebagai media promosi atau pemasaran.
Selain itu pentingnya inovasi dibutuhkan untuk mengikuti perkembangan zaman mulai dari pelayanan hingga inovasi produk kuliner. Selain itu mudahnya akses pembelian adalah kunci utama dalam bisnis kuliner saat ini.
"2015 mulai awal online delivery Gojek kali pertama masuk, membantu UMKM untuk mendeliver (mengirimkan) kan makanan kita, nah dari hal ini membuat kita segi sales luar biasa sekali, karena adanya digitalisasi," paparnya saat di Talkshow Pameran di Surabaya Great Expo, Jumat (18/8/2023).
Selain itu, Ferry menambahkan adanya Covid-19 membuat bisnis kuliner sedikit terpuruk, namun pandemi ini semakin membuat percepatan dalam hal digitalisasi.
Mulai dari penampilan menu hingga pembayaran semua sudah bersifat digital dan pentingnya mengemas konten yang menarik untuk masyarkat agar produk tersebut lebih menarik banyak orang.
"Sosmed sangat membantu kita untuk meng marketingkan kita punya namanya brand," ujar Owner KAG Ayam Geprek ini.
Ferry mengatakan, digitalisasi bisnis saat ini sangat penting untuk perkembangan usaha di berbagai sektor, termasuk usaha kuliner.
Dengan digitalisasi, operasional usaha kuliner dapat berjalan lebih efisien dan optimal misalnya dari segi pemasaran. "Marketing antara produk, service dan marketing, punya konten menarik dan viral trafficnya ramai," jelasnya.
Talkshow Pameran di Surabaya Great Expo 2023. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)
Menurutnya, hal yang perlu dipersiapkan oleh pelaku bisnis kuliner adalah tim yang menguasai omnichannel, seperti marketplace, media sosial dan platform pembayaran.
Selain itu, pentingnya inovasi tampilan hidangan maupun rasa dapat menambah daya tarik pengunjung untuk kembali menikmati produk yang dihasilkan.
"Restoran Indonesia harus bisa mengangkat makanan khas itu sendiri, tidak semua makanan bisa diinovasikan, tidak hanya produknya, servicenya, makananya, alatnya harus juga diinovasikan ," jelas Alumni PCU ini.
Menurut Ferry, tidak semua makanan bisa diinovasikan, harus pada identitasnya karena jika diinovasikan dan tidak cocok maka akan membunuh makanan itu sendiri.
"Makanan ini kodratnya seperti ini yaudah kodratnya seperti ini, bukan berarti kita ngga berani ya untuk menginovasikan tapi terkadang menginovasikan terlalu, justru malah membunuh," paparnya.
Pesan khusus dari Ferry Setiawan "Bicara tentang trend, tidak ada sesuatu yang baru di bawah matahari ini meyikapi trend itu kita harus pintar baca peluang, ada dua cara kunci stay adaptif, stay agile relevan menghadapi perubahan," pungkasnya. (*)