KETIK, MALANG – Nena Bachtiar merupakan warga Kampung Terapi Hijau, Kelurahan Sukun, Kota Malang yang gemar menyelami perkembangan Batik Sukun. Lebih dari 10 jenis Batik Sukun telah ia cetuskan dari proses pemberdayaan masyarakat sekitar.
Kisah tersebut bermula pada tahun 2013 ketika ia memilih resign dari pekerjaannya. Nena kemudian memutuskan belajar serta mengikuti pelatihan membatik dari Pemerintah Kota Malang.
Dari hasil pelatihan tersebut, Nena berhasil mengembangkan kemampuannya dengan peralatan yang masih minim. Kemampuan membatik itu ia salurkan kepada masyarakat sekitar sebagai upaya pemberdayaan.
Saat ini Nena bahkan telah memiliki UMKM yang diberi nama Sandhya Nusantara. "Akhirnya saya bisa membatik dan dikembangkan sendiri. Saat ada pelatihan juga ikut. Setelah itu saya lakukan pemberdayaan kepada warga sini, ibu-ibu sekitar juga saya ajari," ungkap Nena pada Rabu (21/6/2023).
Proses pemberdayaan tersebut berlanjut hingga tercetusnya Omah Batik. Nena dan warga setempat rajin mengikuti perlombaan maupun pameran yang diselenggarakan Pemkot Malang.
Dari lomba yang diselenggarakan oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Malang, tercetuslah Batik Sukun yang ia kembangkan hingga sekarang.
"Kita dapat hibah untuk Omah Batik. Saya juga ikut lomba Dekranasda dan dari situ akhirnya muncul Batik Sukun. Selain saya dengan usaha sendiri, juga memberdayakan masyarakat sekitar dengan Omah Batik," tambahnya.
Untuk membumikan Batik Sukun, setiap hari Jumat dilakukan Sedekah Ilmu di mana masyarakat dapat belajar nyanting atau mencanting secara gratis. Tak hanya kepada ibu-ibu dan dewasa saja, anak-anak pun telah dikenalkan dengan batik.
"Edukasi untuk anak-anak SD sudah kita latih membatik karena kan warisan budaya bangsa, harus kita lestarikan. Ibu-ibu di sini juga yang sudah bisa membatik, kita ikutkan uji kompetensi," tutur Nena.
Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang, Farid Suaidi turut menanggapi perkembangan Batik Sukun. Keterampilan masyarakat harus terus dikembangkan dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
"Keterampilan harus tetap ditingkatkan karena perkembangan zaman juga selalu berubah. Diskopindag Kota Malang tetap mendukung perkembangan batik di Kota Malang. Salah satunya di Sukun itu, sudah besar perkembangan industrinya," tutur Farid.
Proses pemberdayaan masyarakat dengan memproduksi tentang batik sukun (Foto: dok. Nena Bachtiar)
Perkembangan batik di Kota Malang pun cukup pesat dan banyak diminati oleh berbagai pihak. Motif yang dimiliki pun beragam, menyesuaikan dengan lokasi persebaran batik di tiap kecamatan.
"Batik di Kota Malang sudah tersebar di kecamatan, seperti Bu Nena yang sudah intens bergerak di bidang batik. Kami sangat mendukung dengan perkembangan Batik Malangan, ada Batik Blimbing, Polowijen, juga ada Sentra Batik di Bunul," jelasnya.
Terlebih Kota Malang memiliki pusat inkubasi ekonomi kreatif yakni Malang Creative Center (MCC) yang salah satunya untuk workshop batik.
"Apalagi Wali Kota Malang sampai memasarkan batik hingga ke luar negeri. Batik ini salah satunya juga di bawah naungan Dekranasda Kota Malang," tutup Farid.(*)