KETIK, BLITAR – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menghadiri upacara Hari Sumpah Pemuda yang diselenggarakan di Blitar pada Sabtu (28/10/2023).
Di momen tersebut, Khofifah memberikan penghargaan untuk cucu dari pahlawan Sukarni Kartodiwirjo.
Sebenarnya, ini adalah peran penting Sukarni Kartodiwirjo Pahlawan asal Blitar dalam kemerdekaan Indonesia.
Profil Sukarni Kartodiwirjo
Sukarni Kartodiwirjo atau biasa dipanggil Sukarni lahir pada tahun 1916 di kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Dikutip dari buku Biografi Sukarni Kartodiwirjo karya Kurniati, Wahyuni, dan Sri Harningsih, Sukarni merupakan anak ke-4 dari 9 bersaudara.
Sejak muda Sukarni tidak bisa lepas dari pergerakan pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Peran penting Sukarni
Sukarni Kartodiwirjo merupakan tokoh sentral dalam peristiwa detik-detik Proklamasi 17 Agustus 1945.
Sukarni adalah golongan muda yang berani menculik Soekarno dan Mohammad Hatta.
Tujuan penculikan itu tidak lain adalah agar kedua tokoh tua itu segera memproklamasikan kemerdekaan menyusul kekalahan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
Sukarni Kartodiwirjo. (Foto: ANRI)
Perjuangan Sukarni awalnya bermula sejak berusia 14 tahun. Ketika dirinya bergabung dalam Perhimpunan Indonesia (PI) pada tahun 1930.
Ketika masa persiapan kemerdekaan, Sukarni aktif mengikuti rapat-rapat untuk kepentingan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Misalnya persiapan rapat menjelang kemerdekaan dalam gedung Joang Menteng raya 31. Di sana lah dia dan teman-temannya bekerja sama untuk mempersiapkan Indonesia merdeka.
Kita tentu tidak asing dengan peristiwa Rengasdengklok yaitu penculikan Soekarno Hatta agar tidak terpengaruh Jepang oleh para anggota muda. Sukarni menjadi bagian dari anggota muda yang diketuai Khairul Saleh.
Para golongan muda tersebut mendesak Ir. Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan agar tidak terpengaruh Jepang.
Usulan tersebut sempat mendapat penolakan pada awalnya. Meski begitu, golongan muda yang mendesak Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan setidaknya paling lambat pada 17 Agustus 1945.
Ketika rapat tentang persiapan proklamasi di rumah Laksamana Muda Maeda, Sukarni yang mengusulkan agar teks proklamasi hanya ditanda-tangani Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Pasca kemerdekaan Indonesia, Sukarni memprakarsai untuk mengambil alih Jawatan Kereta Api, Bengkel Manggarai, dan stasiun-stasiun kereta api menjadi milik pemerintah RI pada 3 September 1945.
Sukarni turut mengambil alih kantor berita radio yang digunakannya untuk menyiarkan kebijakan pemerintah.
Sukarni pernah bekerja sebagai jurnalis di kantor berita Antara (Domei) menikahi Nursyiar Machmud, gadis Minang, puteri kepala Perusahaan Kereta Api Negara di Lhokseumawe, Aceh.
Dari pernikahan itu, Nursyiar dan Sukarni dikarunia lima orang anak. Mereka adalah Luhantara, Kumalakanta, Parialuti Indarwati, dan Goos Murbantoro, serta Emalia Iragiliati. (*)