KETIK, BATU – Di Kecamatan Ngantang Kabupaten terdapat makam seorang pahlawan dari Kerajaan Gowa, namanya Karaeng Galesong. Karaeng Galesong adalah putra Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa Makassar, Sulawesi Selatan.
Karaeng Galesong yang bernama asli I Manindori dimakamkan di Desa Sumberagung Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang bersama 10 orang pengikutnya. Salah satunya adalah istrinya yang bernama, Raden Suratna.
Karaeng Galesong merupakan gelar. Karena Galesong adalah nama sebuah daerah Kerajaan Gowa di bagian selatan. Galesong adalah daerah yang makmur dan menjadi lumbung pangan Kerajaan Gowa.
Sebagai putra raja, Karaeng Galesong memiliki bakat sebagai ahli strategi dan panglima perang. Itu karena, Karaeng Galesong sering diterjunkan dalam peperangan sejak masih dalam usia muda.
"Di komplek makam ini ada 10 makam, yaitu Pangeran Karaeng Galesong dan istrinya bernama Raden Suratna. Serta makam Mbah Surijoyo dan Mbah selamet, orang Jawa pengikut Pangeran Karaeng Galesong. Dan beberapa pengikut lainnya," kata Dul Kohar, Juru Kunci Makam Karaeng Galesong, Senin (25/3/2024).
Dihimpun dari berbagai sumber, Karaeng Galesong memutuskan pergi meninggalkan tanah leluhurnya empat tahun setelah Perjanjian Bongaya pada 1671.
Ia pergi ke tanah Jawa dan melanjutkan perlawanan melawan Belanda. Karena dalam perjanjian Bongaya, kerajaan Gowa mengakui kekalahan atas Belanda. Dari Gowa, Karaeng Galesong berhasil mendarat bersama rombongannya di Pelabuhan Banten pada Oktober 1671.
"Pangeran Karaeng Galesong membantu Sultan Ageng Tirtayasa melawan VOC dalam Perang Banten," tambah Dul Kohar.
Di tengah berlangsungnya Perang Banten, Raden Kajoran dari Madura meminta Karaeng Galesong agar mau membantu menantunya, Trunojoyo melawan Kesultanan Mataram yang bersekutu dengan VOC di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Karaeng Galesong bersama Trunojoyo kemudian menyerang Mataram dan VOC dengan mengerahkan pasukan gabungan dari Madura, Makassar, dan Surabaya yang berkekuatan 9.000 prajurit.
Perlawanan ini cukup fenomenal, pada Oktober 1676, pasukan Mataram dan Belanda berhasil dikalahkan dalam Pertempuran Gegodog yang diikuti dengan serangkaian kemenangan di pihak Trunojoyo dan Karaeng Galesong.
"Karaeng Galesong akhirnya menjadi menantu dari Trunojoyo. Yaitu dengan menikahi Raden Suratna. Yang makamnya juga di sini," ujarnya.
Menurut Dul Kohar, keluarga keturunan kerajaan Gowa masih sering berziarah ke makam Karaeng Galesong. Bahkan, pihak keluarga juga membiayai pembangunan gapura masuk ke pemakaman. Gapura berarsitektur mewah dengan tulisan Astana Karaeng Galesong itu berada di pinggir jalan raya provinsi. Sehingga dapat dengan mudah ditemukan oleh orang yang ingin berziarah ke sana.
di dalam makam, ada sebuah batu nisan yang bertuliskan Makam pejuang agung yang pantang menyerah menentang VOC dan kezaliman di abad ke 17, Putra Sultan Hassanudin Raja Gowa Ke 15 Menantu Raden Trunojoyo Murid Panembahan Giri Panglima Perang Laskar Makassar di Jawa Timur.
"Juga ada tulisan Karaeng Galesong tumenga RI Tappa Na yang Artinya, orang yang menang wafat dalam keyakinannya," jelasnya.(*)