KETIK, YOGYAKARTA – Bagi para pedagang hewan ternak (blantik) ataupun Shohibul Qurban (orang yang berkurban atau orang yang melaksanakan ibadah kurban), tempat yang satu ini memang patut untuk diperhitungkan. Namanya adalah Langgeng Pangestu Farm.
Usaha jual beli sapi kandang lembu ini berada di Panggung, Argomulyo, Cangkringan, Sleman. Adapun pemiliknya adalah keluarga besar dari Agus Prawata. Usaha yang dikelola bersama keluarga besarnya tersebut telah berjalan selama 20 tahun lebih lamanya.
"Berawal dari usaha yang dirintis oleh kakak saya yang sering ke pasar sapi di daerah Yogyakarta, Jawa Tengah, sampai Jawa Timur. Sekarang kakak saya sudah tidak ada karena terkena Covid-19 waktu itu. Kita sebagai penerusnya kemudian melanggengkan usaha ini," terangnya.
Sesuai dengan namanya Langgeng Pangestu Farm, dikarenakan pasar, armada, kandang, tenaga, modal, dokter hewan lahan rumput, rekanan pakan polar, dedak dan jerami sudah ada.
Menurut Agus Prawata, pada awalnya mereka mulai dari memelihara sapi sendiri untuk kemudian digaduhkan. Namun kalau ada kebutuhan, sapi dijual lalu dibelikan yang kecil atau pedetan. Selanjutnya dipelihara selama 3 bulan sampai satu tahun kemudian dijual lagi dan dibelikan pedetan (anak sapi) yang kecil, begitu seterusnya.
Nah, ketika menjelang Hari Raya Idul Adha seperti saat ini dimana berkurban menjadi amalan utama Idul Adha dengan cara melakukan penyembelihan hewan kurban. Banyak permintaan sapi-sapi kurban dari kampung-kampung atau desa-desa tetangga. Bahkan sampai keluar daerah.
"Selama ini kita berusaha untuk memenuhi kebutuhan sapi-sapi kurban menjelang Hari Raya Idul Adha. Menyediakan buat kulakan para pedagang (blantik) atau para Shohibul kurban yang tidak biasa memelihara sapi-sapi kurban, jadi mereka menitipkan sapi-sapi itu ke kita," jelasnya.
Usaha yang dilakukannya tersebut, menurut Agus merupakan aktivitas rutin. Selama ini Langgeng Pangestu Farm juga melayani jual beli sapi yang buat harian. Jadi selain menyiapkan sapi-sapi kurban. Untuk memenuhi kebutuhan para petani yang juga banyak membutuhkan pedetan untuk dipelihara buat 'tabungan' atau kebutuhan sapi kurban satu tahun mendatang. Agus juga menyiapkan sapi-sapi betina buat indukan bagi para petani yang suka breeding sapi tadi.
Ia menyebit kandang sapi Langgeng Pangestu Farm saat ini baru melayani kebutuhan sapi saja. Karena untuk menyiapakan, mengurus dan kandangnya sangat berbeda dengan kambing ataupun domba.
Selain itu papar Agus Prawata sapi-sapi yang ia jual kebanyakan berasal dari hasil ternak sendiri atau membeli dari petani.
"Sebagian dari kandang petani yang sapi-sapinya kita titipkan atau langsung dari petani yang menginginkan sapi-sapinya dibeli. Kalau dari pasar kita malah jarang," ungkapnya.
Untuk menjaga kualitas dan pasaran yang sudah ada Agus memang memprioritaskan kesehatan sapi-sapi yang dijualnya. Sementara tenaga kerja yang turut berkecimpung dalam usahanya ini semua berasal dari kalangan keluarga dan tetangganya sendiri, berkisar 10 orang.
Agus menjelaskan, semua jenis sapi saat ini ramai dipasaran. Harganya naik berkisar Rp 500 ribuan dari tahun lalu. Sedangkan sapi yang ia jual berkisar di harga Rp21 juta - Rp30 juta.
"Semua jenis sapi ramai di cari. Cuma kalau para Shohibul kurban itu pinginnya sapi yang bagus, sehat, gemuk, tinggi, tua, dan murah. Jenisnya seperti sapi simental, limosin, pegon dan sapi po," paparnya.
Sementara untuk marketingnya Agus mengaku telah memiliki pelanggan tetap. Maupun berdasar dari informasi mulut ke mulut.
Sedangkan transaksi jual beli secara online termasuk jarang karena untuk menghindari banyaknya penipuan.
Semuanya jenis sapi ramai di cari pembeli di kandang Langgeng Pangestu Farm baik jenisi sapi simental, limosin, pegon dan sapi po. (Foto: Fajar Rianto/Ketik.co.id)
Masih menurut keterangan Agus Prawata, setiap tahun dia dan team elit Langgeng Pangestu Farm selalu bertemu dengan saudara-saudara petani atau peternak sapi.
Ketika terjadi proses tawar menawar sapi, kondisi tersebut membuat mereka bisa tersenyum penuh candaan. Apalagi saat dapat sapi bagus, mudah dirawat, dapat pembeli yang amanah dan senang.
Rasa bahagia bertambah ketika pembeli tadi langsung membayar cash dan jadi pelanggan setiap tahunnya. Team elit tidak nombok, serta banyak pelanggan yang kembali untuk pesan sapi-sapi kurban di tahun-tahun berikutnya, menurut Agus hal tersebut sebagai pengalaman yang menyenangkan.
Sementara pengalaman menyedihkannya adalah kalau mereka sudah keliling ke berbagai dusun harga sapinya mahal sehingga tidak dapat menjualnya (susah dapat sapi).
"Sapi sakit, sapi kena tali sakit trus pincang, sapi nggak mau makan, harga pakan naik, kompetitor yang mainnya nggak sehat, listrik mati. Ataupun pada saat lagi banyak- banyaknya yang pesan, namun modal belum terbayar dari para pembeli, itu yang bikin sedih," pungkas Agus. (*)