KETIK, SURABAYA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim memastikan kebutuhan pokok seperti daging ternak, unggas maupun telur aman. Akan tetapi perbedaan harga di pasaran dan di beberapa tempat berbeda.
Harga daging ternak masih stabil, akan tetapi untuk harga daging unggas khususnya ayam ras dan telur, cenderung merangkak naik.
"Kami sudah cek di lapangan beberapa kali operasi pasar maupun dengan Satgas Pangan, kalau untuk daging sapi, kambing, itu justru masih kisaran HET," ujar Penjabat (Pj) Gubernur Jatim, Adhy Karyono saat di Kantor Dinas Peternakan Jatim, Kamis (7/3/2024).
Akan tetapi harga ayam ras dan telur adanya kenaikan dari Harga Ecer Tertinggi (HET). "Telur yang tadinya di HET Rp27 ribu meningkat menjadi Rp30 ribu," tambah Adhy.
Sementara berdasarkan data Siskaperbapo, harga rata-rata telur ayam ras di Jatim adalah Rp30.344. Harga rata-rata tertinggi di Kabupaten Sampang Rp31.500, dan harga rata-rata terendah di Kabupaten Bangkalan Rp29.000.
Lebih lanjut, harga rata-rata daging ayam ras di Jatim sebesar Rp37.516. Harga rata-rata tertinggi di Kabupaten Pamekasan Rp42.500, dan harga rata-rata terendah di Kabupaten Bondowoso Rp33.000.
Sedangkan untuk acuan HET telur merujuk pada Peraturan Badan Pangan Nasional No 5/2022 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras, dan Daging Ayam Ras.
Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi pada 5 Oktober 2022 melampirkan harga telur ayam ras tingkat produsen batas bawahnya Rp22.000 per kg dan batas atas Rp24.000 per kg. Sementara harga konsumen sebesar Rp27.000 per kg.
Sementara HET daging ayam ras untuk harga produsen, harga batas atas Rp23.000 per kg live bird alias ayam hidup. Kemudian harga batas bawah Rp21.000 per kg live bird. Sedangkan harga ayam ras tingkat konsumen Rp36.750 per kg karkas.
Terkait penyebab lonjakan harga ayam ras dan telurnya ini faktor adanya kenaikan harga pakan dalam hal ini jagung. Ditambah lagi, permintaan yang meningkat. "Memang itu lebaran dan Ramadan itu pasti ada lonjakan demand gitu," kata Adhy.
"Ini bukan persoalan kelangkaan tetapi kenaikan dari bahan baku pakannya terutama produksi jagung yang sulit terpenuhi untuk pabrik pakan ternak. Nah ini akhirnya ongkos produksi naik maka harga di pasar jadi naik, ini sedang kita kendalikan dan sudah kerja sama," tambah dia.
Lebih lanjut, Adhy bilang kalau kerja sama itu dilakukan dengan sejumlah daerah di luar pulau. "Terutama dengan Gorontalo, Kalimantan, kita akan coba impelentasi kerja sama untuk pemasukan jagung kita di pabrik ternak kita saya kira itu," pungkasnya. (*)