KETIK, JAKARTA – Bermain game adalah hal yang menyenangkan bagi banyak orang. Game berguna untuk melepas penat dari rutinitas sehari hari.
Selain itu beberapa game juga memiliki manfaat melatih fokus, konsentrasi bahkan kecerdasan. Apalagi saat ini game dapat mudah diunduh dari smartphone dan berbagai perangkat elektronik lainnya.
Tidak hanya orang dewasa, game juga digemari oleh anak-anak. Bahkan tidak sedikit orang tua yang memberi anaknya smartphone pada usia yang sangat muda. Alasannya agar anak tenang dan tidak rewel.
Sebenarnya hal ini tidak masalah, asalkan orang tua tahu batasan waktu anak dalam bermain game. Jika berlebihan, tentu saja akan membuat anak kecanduan dan hal ini tidak baik bagi tumbuh kembangnya.
Oleh sebab itu, psikolog klinis dari Eka Hospital Cibubur, Siti Sa'diah Syam, M.Psi, menyampaikan beberapa batasan anak dalam bermain game.
1. Usia anak boleh bermain gadget
Dilansir dari situs Worid Health Organization (WHO), bahwa anak di bawah usia dua tahun belum boleh terpapar media digital, seperti televisi atau smartphone. Mengapa demikian?
Menurut United Nations Children's Fund (UNICEF), paparan layar mengurangi kemampuan anak untuk membaca emosi manusia dan mengendalikan rasa frustrasi mereka. Interaksi tatap muka adalah satu-satunya cara anak belajar memahami isyarat nonverbal dan menafsirkannya.
2. Batasan screen time
Selain itu sebagai orang tua juga harus tegas menetapkan batasan screen time bagi anak. Batas screen time harian yang direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics adalah 30 menit untuk anak di bawah usia 6 tahun dan 60 menit untuk anak di atas usia 6 tahun.
Masih mengacu sumber yang sama, ada sedikit kelonggaran jika anak sedang libur sekolah, yaitu maksimal 2 jam. Yang terpenting, izinkan anak menggunakan gadget setelah tanggung jawab mereka (tugas sekolah dan pekerjaan rumah) selesai.
3. Perhatikan jenis game yang dimainkan
Sebagai orang tua sudah sepatutnya memperhatikan jenis game yang dimainkan anak. Mengingat banyaknya jenis game yang beredar dan tidak semuanya layak dimainkan oleh anak-anak.
"Paling tidak, yang perlu diperhatikan adalah batasan usianya, sesuaikan dengan (umur) anak. Biasanya kan ada rating-nya, entah itu 3+, 5+, atau 17+," tutur Diah.
4. Pentingnya pengawasan orang tua
Pengawasan orang tua adalah faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Namun ada kalanya sebagai orang tua kita tidak dapat memantau anak setiap saat. tulah mengapa fitur kontrol orang tua diciptakan.
Cara mengaktifkannya cukup mudah. Untuk perangkat Android, buka aplikasi Google Play lalu klik ikon profil yang ada di kanan atas. Klik Setelan > Keluarga > Kontrol Orang Tua. Aktifkan kontrol orang tua dan buat PIN. Setelahnya, kita bisa memilih rating aplikasi dan game sesuai usia anak.
5. Jika anak terlanjur kecanduan game
Dilansir Game Quitters, sebanyak 8,5 persen anak-anak dan remaja di bawah usia 18 tahun mengalami kecanduan game. Dari seluruh pecandu game, 94 persen di antaranya adalah laki-laki dan 6 persen perempuan.
Mengutip Pine Grove Behavioral Health & Addiction, ciri-ciri anak kecanduan game adalah:
- Mengabaikan tugas sekolah, hobi lama, teman lama, bahkan waktu tidur supaya bisa bermain game lebih lama.
- Setiap harinya, menghabiskan 6 jam atau lebih untuk bermain game.
- Sangat defensif, marah, atau menangis jika diminta berhenti.
- Menjadi gelisah jika tidak bermain game.
- Mengalami sakit di tangan, mata, dan punggung karena terlalu banyak bermain game.
Apa yang harus dilakukan jika anak terlanjur kecanduan game? Kecanduan yang parah membutuhkan tentu saja perawatan profesional dan ini memakan waktu yang cukup lama untuk penyembuhan. Selain itu diperlukan tekad yang kuat dari diri sendiri dan dukungan keluarga agar bisa sembuh.
Namun jika gejalanya masih ringan,orang tua dapat menerapkan beberapa peraturan. Seperti mematikan gadget selama makan atau liburan keluarga, mendorong anak melakukan aktivitas lain (misalnya membaca buku atau bermain di luar ruangan), hingga mematikan gadget 30–60 menit sebelum tidur. (*)