KETIK, SIDOARJO – Isu stunting masih menjadi persoalan yang strategis baik secara nasional maupun wilayah Provinsi khususnya Jawa Timur. Walaupun secara angka prevalensi stunting Jawa Timur lebih rendah dari Nasional.
Dimana prevalensi stunting di Jawa Timur berhasil mengalami penurunan dari 23,5% pada tahun 2021 menjadi 19,2% di tahun 2022. Sedangkan angka prevalensi nasional masih berada di 21,6%.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menjelaskan tentang pentingnya pemenuhan gizi anak, terutama pada 1000 HPK Hari Pertama Kehidupan sejak janin berada di kandungan. Sebab dampak buruk kekurangan gizi pada periode 1000 HPK akan sulit diperbaiki.
"PR bersama kita adalah bagaimana sejak 1000 HPK mereka memang mendapatkan asupan gizi yang baik dan pengasuhan yang baik. Artinya Himpaudi memang harus seiring dengan parenting para orang tua, harus memahami bagaimana saat ibu hamil jangan kurang gizi," ujar Gubernur Khofifah saat membuka Seminar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan menyaksikan pelantikan guru PAUD sebagai agen penggerak Jatim Bebas Stunting dan PAUD Berkualitas di Gedung Serba Guna GOR Sidoarjo, Kamis (9/3).
Khofifah menyampaikan isu tantangan penanganan stunting yang masih menjadi pekerjaan rumah Pemprov Jatim.(Foto:Humas Pemprov Jatim)
Sementara itu, Ketua PW Himpaudi Jatim Imam Mahmud menegaskan bahwa Himpaudi Jatim siap mendukung program-program Pemprov Jatim dalam mewujudkan Jatim Bebas Stunting.
"Sebagai tenaga pendidik PAUD kami mendukung sepenuhnya program-program dari Pemprov Jatim dalam mewujudkan Jatim Bebas Stunting. Ini merupakan tema nasional yang kita semua harus tergerak dan menggerakkan melalui PAUD," ujarnya.(*)