KETIK, MAKASSAR – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi tahunan atau year on year (y-on-y) September 2024 di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 1,67 persen. Angka tersebut masih lebih rendah dari angka inflasi nasional yang mencapai 1,84 persen.
Data tersebut dipaparkan Kepala BPS Sulsel, Aryanto pada Selasa, 1 Oktober 2024. Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sulsel, Jufri Rahman turut hadir dalam kegiatan yang berlangsung di Kantor BPS Sulsel tersebut.
Aryanto juga memparkan bahwa pada September 2024 terjadi deflasi month to month (m-to-m) sebesar 0,09 persen dengan Indeks Harga Konsumen 105,52 persen. Ada lima kota yang mengalami deflasi dari 8 kota IHK.
"Deflasi terdalam terjadi di Watampone dan Kabupaten Luwu Timur sebesar 0,21 persen, sedangkan deflasi terendah terjadi di Kabupaten Wajo yaitu sebesar 0,07 persen," jelas Aryanto.
"Sementara itu kota IHK yang mengalami inflasi tertinggi yaitu Kota Parepare sebesar 0,35 persen," imbuhnya.
Menurut Aryanto, deflasi dipicu karena turunnya indeks harga makanan, minuman dan tembakau. Sementara komoditas utama yang menjadi penyumbang deflasi antara lain cabai rawit, cabai merah, tomat, beras dan bensin.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel, Jufri Rahman mengatakan bahwa terkedalinya inflasi tidak lepas dari peran Pj Gubernur Sulsel, Prof Zudan Arid Fakrulloh. Sehingga pihaknya siap menjalankan aragannya.
Pemprov, kata Jufri Rahman, juga siap mengikuti apa yang dipetakan oleh BPS Sulsel. Terlebih dalam waktu dekat akan terjadi eskalasi aktivitas masyarakat karena Nataru (Natal dan Tahun Baru).
"Telur, beras, dan transportasi adalah item yang akan memengaruhi inflasi, kami siap berkolaborasi mengendalikan hal ini sesuai mapping dari BPS,” tandas Jufri Rahman.(*)