KETIK, SURABAYA – Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menggelar diskusi melalui zoom yang berjudul 'Dampak Kenaikan BBM terhadap Komoditas Pertanian' pada Jum'at 30 September 2022.
Narasumber yang dihadirkan pada acara tersebut adalah Anthony Budiawan sebagai Pengamat Ekonomi, Ki Musbar Mesdi sebagai Presiden Forum Peternak Layer Nasional dan Agung Suryanto sebagai Praktisi Pertanian.
Diskusi tersebut dibuka langsung oleh Ketua Umum HKTI Fadli Zon mengungkapkan bahwa kenaikan BBM tersebut memberikan dampak yang signifikan khususnya dalam sektor pertanian.
"Komoditas yang paling terdampak akibat kenaikan solar bersubsidi adalah bahan pokok dengan hasil produksi makanan dan minuman, Kementrian Pertanian mendata ada 12 bahan pokok yang diawasi pemerintah beras, jagung, bawang merah, bawang putih, cabe keriting, cabe rawit, gula pasir, minyak goreng, kedelai, daging sapi, daging ayam dan telur ayam," ujarnya saat membuka kegiatan diskusi.
Fadli memaparkan dampak dari kenaikan BBM adalah terjadinya inflasi pangan yang semula sudah sangat tinggi pasti sekarang akan meningkat lebih tinggi lagi.
"Soalnya dibandingkan dengan inflasi umum yang diperkirakan akan menembus level 7 sampai 7,5 persen mungkin lebih hingga akhir tahun, setiap tahun memicu kenaikan suku bunga secara agresif," jelas Ketua HKTI.
Secara umum dampak yang paling dirasakan karena naiknya harga BBM adalah naiknya harga suporting budidaya pertanian seperti harga pupuk dan biaya logistik selain itu juga biaya mesin pertanian.
"Yang membutuhkan BBM pasti akan meningkat pembiayaan logistiknya, jadi kalau menggunakan analisis input dan output kenaikan BBM sebesar 100 persen ini akan menurunkan proktabilias agribisnis sebesar 0,09 sampai 0,142 persen," papar Fadli.
Jadi jika harga BBM dinaikan 1 persen maka inflasi meningkat 0,044 persen. Kenaikan inflasi dilihat dari biaya hidup rumah tangga tanpa ada perubahan kuantitas konsumsi.
"Masalahnya di satu sisi, kenaikan harga BBM telah menaikan biaya produksi dan menekan proktabilitas usaha tani namun di sisi lain hasil produksi pertanian saat ini dipastikan sedang turun dengan perubahan iklim dan juga tahun depan prediksinya seperti apa," rinci Fadli Zon.
Hal senada juga diungkapkan oleh Anthony Budiawan sebagai Pengamat Ekonomi, bahwa kenaikan harga BBM yang paling terdampak adalah padi.
"Kalau di Amerika adalah respon dari energi related input itu adalah termasuk pestisida lalu pupuk dan kemudian BBM secara langsung solar, yang paling rendah (dampaknya) adalah soybean dan cotton," paparnya.
Data dari Anthony Budiawan. (Foto: Tangkapan layar zoom)
Menurut data yang dibeberkan Anthony, bahwa pengaruh dari harga BBM tinggi sekali pada padi yang kedua adalah imported.
"Kita banyak sekali import dari jagung, kita import kedelai. Ini semuanya mempengaruhu tapi itu tidak dengan petani kita," ujarnya.
Yang paling terdampak dari kenaikan harga BBM adalah beras karena naiknya tersebut adanya distribusi pestisida dan pupuk juga peningkatan biaya operasional.
"Artinya ongkos produksi sudah naik tetapi kita punya produktivitas itu turun dan harga anjlok di pasar pun turun, jadi kalau kita lihat banyak sekali pertanian itu turun," jelas Anthony.
Menurut Anthony, HKTI harus lebih proaktif untuk memberi masukan kepada pemerintah dengan hitungan yang sesuai dengan biaya yaitu untuk menyangga pendapatan petani dan perternak agar tidak masuk ke dalam kemiskinan itu.
"Prefensi dan preventif untuk menjaga mereka (petani dan peternak) ke dalam kemiskinan tadi," harap Pengamat Ekonom Anthony Budiawan. (*)