KETIK, MALANG – HUT ke-78 Republik Indonesia menjadi momentum refleksi dan kontemplasi bagi seluruh bangsa Indonesia. Hal tersebut disampaikan M Hasanuddin Wahid Anggota Komisi X DPR RI dapil Malang Raya.
Pria yang akrab disapa Cak Udin mengatakan, hari bersejarah ini patut disyukuri dengan mengenang jasa para pahlawan dan pejuang bangsa mengusir penjajah.
"Kemerdekaan kita bukan hadiah tapi penuh pengorbanan darah dan air mata para pendahulu kita. Semangat juang dan keberanian itu lah yang harus kita warisi dan tanamkan dalam jiwa kita hanya untuk Merah Putih," kata Cak Udin, Sekjen DPP PKB itu.
Terus Melaju untuk Indonesia Maju yang menjadi tema HUT ke-78 RI menjadi pecut bagi bangsa Indonesia untuk fokus menatap ke depan. Terwujudnya Indonesia Maju akan membuat bangga para pahlawan dan para pendiri bangsa.
Cak Udin juga mengajak kepada seluruh elemen bangsa untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Indonesia menjadi negara percontohan bagi negara-negara di dunia tentang hidup toleransi di tengah keberagaman.
"Indonesia ini satu-satunya negara yang memiliki unsur perbedaan terbanyak di dunia. Mulai dari bahasa, pulau, suku, agama, adat istiadat. Semua itu menyatu dalam satu NKRI," katanya.
Sebab itu, lanjut Cak Udin, Slogan Bhinneka Tunggal Ika itu sudah sangat tepat dengan kondisi keberagaman di Indonesia. Yang perlu dikuatkan lagi adalah implementasi dari slogan tersebut.
"Di Islam diajarkan untuk hidup rukun dan saling menghargai. Begitu pula saya yakin di semua agama juga menganut ajaran sosial kemanusiaan yang mengedepankan nilai toleransi," tuturnya.
Di samping itu, sambung Cak Udin, Indonesia saat ini sedang menikmati bonus demografi yang akan mencapai puncaknya periode 2030-2045. Ini adalah suatu kondisi di mana jumlah penduduk usia kerja (15-64 tahun/usia produktif) mencapai 70 persen. Sedangkan 30 persen penduduk lainnya dikategorikan tidak produktif atau berusia 14 tahun ke bawah dan usia di atas 65 tahun.
"Ini sangat bagus untuk perekonomian nasional kita. Sebab itu, generasi muda dan produktif harus betul-betul disiapkan. Jangan sampai ada bangsa yang belum merdeka dari pendidikan mahal, akses sekolah yang sulit, dan lain sebagainya. Pendidikan itu kunci untuk mencetak SDM yang unggul," bebernya.
Kendati demikian, Cak Udin menekankan SDM unggul harus diimbangi dengan kualitas pendidikan yang mengedepankan budi pekerti. Salah satu contohnya adalah pondok pesantren.
"Pesantren adalah pendidikan yang memiliki keseimbangan antara intelektual, emosional dan spiritual. Nah poin ini yang dibutuhkan generasi penerus agar mereka tidak tergerus oleh perkembangan teknologi," tegasnya.
Terakhir, di hari kemerdekaan ini, Cak Udin mengajak seluruh elemen serius berkhidmad untuk Tanah Air. Tidak ada alasan untuk tidak mencintai tanah kelahiran. Merdeka! (*)