KETIK, JAKARTA – Akibat serangan yang terus menerus dilakukan oleh militan Houthi terhadap kapal-kapal yang melintas di jalur perdagangan internasional khususnya laut merah, membuat Amerika Serikat AS memberikan peringatan keras dan mengancam akan melakukan tindakan tegas.
Karena pernyataan dari AS tersebut harga minyak global pun sontak mengalami kenaikan sebesar 3 persen dari perdagangan sebelumnya. Kenaikan harga minyak ini juga disebabkan oleh upaya OPEC yang merupakan organisasi negara pengekspor minyak untuk bekerjasama menstabilkan harga.
Mengutip CNBC, Kamis (4/1/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Februari naik USD 2,32 atau 3,29% menjadi USD 72,70 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia untuk kontrak Maret bertambah USD 2,36 atau 3,11% menjadi USD 78,25 per barel.
Kedua harga minyak acuan naik sekitar 3 persen untuk pertama kalinya dalam lima hari pada Rabu (3/1/2024) kemarin.
“Amerika Serikat tidak ingin berkonflik dengan negara atau aktor mana pun di Timur Tengah,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan saat briefing di Gedung Putih.
“Tetapi kita juga tidak akan segan-segan melakukan tugas membela diri, kepentingan kita, mitra kita, atau arus bebas perdagangan internasional,” tambah Kirby.
Lebih lanjut kenaikan harga minyak yang cukup besar ini juga dipicu munculnya gangguan di ladang minyak Libya, tepatnya di ladang minyak Sharara di Libya. Pekerja disana menuntut penghentian total ladang minyak yang menghasilkan hingga 300 ribu barel per hari tersebut karena ketegangan yang terjadi akibat perang antara Israel-Gaza dan kawasan Timur Tengah.(*)