KETIK, MALANG – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang meminta sekolah untuk tetap mengakomodir siswa berkebutuhan khusus. Hal itu tetap dilakukan di tengah minimnya Guru Pendamping Khusus (GPK).
Kepala Disdikbud Kota Malang, Suwarjana tak dapat memungkiri bahwa masih banyak siswa berkebutuhan khusus yang memilih belajar di sekolah reguler. Ia pun mendorong agar sekolah tetap memberikan pelayanan yang setara kepada para siswa.
"Siswa istimewa tidak bisa kami tolak, jadi harus tetap kami terima dan ajari meskipun GPK tidak ada. Kebanyakan GPK latar belakangnya malah bukan S1 Pendidikan, tetapi Psikologi. Jadi kami tetap melayani anak berkebutuhan khusus tanpa adanya GPK," ujar Suwarjana, Rabu (31/7/2024).
Untuk mengatasi persoalan tersebut, pihak sekolah dan guru dituntut untuk dapat lebih kreatif dan inovatif dalam memberikan pembelajaran kepada siswa. Menurutnya pembelajaran diferensiasi cocok diterapkan agar lebih inklusif.
"Alhamdulilah teman-teman guru di Kota Malang ini kerjanya luar biasa. Mereka pun bisa berinovasi dengan memberikan pembelajaran diferensiasi," lanjutnya.
Sementara itu Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat juga mendorong sekolah untuk terus berinovasi demi peserta didik. Ia menekankan bahwa setiap siswa memiliki hak yang sama dalam menempuh pendidikan.
"Saya berharap siswa istimewa ini mendapatkan pelayanan dan mempunyai tingkat pendidikan dengan kualitas yang sama dengan siswa reguler. Ini juga upaya kita mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045," beber Wahyu.
Perlu diketahui bahwa banyak inovasi yang dilakukan sekolah di Kota Malang untuk mendukung layanan pendidikan yang inklusif. Mulai dari Belajar Menarik Bersama Siswa Istimewa (Jarik Ma'Siti) SMP Negeri 10 Kota Malang, Belajar Menyenangkan Bersama Siswa Spesial (Benang Mass) dari SMPN 3 Kota Malang dan Spenturo Ramah Inklusi (Serasi) dari SMPN 20 Kota Malang.(*)