KETIK, MALANG – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebutkan bahwa pada September 2022 hingga September 2023 produksi padi di Jawa Timur surplus hingga 9,23%. Oleh karena itu, 16 provinsi di luar pemekaran 4 provinsi baru di Indonesia Timur, hampir 80% logistiknya disuplai Jawa Timur.
"Meskipun hari ini kita mendapatkan informasi beberapa titik irigasi teknis tidak tersuplai air. Maka dampak terhadap tumbuh kembang padi tidak bisa seproduktif seperti sebelumnya," katanya saat memimpin Apel Kesiapsiagaan Menghadapi Elnino dan Banjir di Waduk Selorejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang, Rabu (27/9/2023).
Khofifah menyampaikan, per 1 September 2023, logistik Jawa Timur juga harus didistribusikan ke Sulawesi Selatan, ke Riau dan ke Bangka Belitung. Sebelumnya, kata dia, Jawa Timur tidak melakukan suplai logistik karena Sulawesi Selatan juga merupakan lumbung pangan.
"Awal September kita harus menambah supply untuk saudara-saudara kita di provinsi. Artinya, kita maksimalisasi dalam produksi pangan kita. Kita juga harus siap berbagi kepada saudara-saudara kita yang ada di provinsi lainnya," tambahnya.
Khofifah menjelaskan alasan harga beras naik meskipun Jawa Timur surplus. Yaitu karena Gabah Kering Giling dan Gabah Kering Panen naik ke penggilingan sudah naik HET- nya. Oleh sebab itu, menurutnya, harga produk beras pasca diolah juga akhirnya di atas HET.
"Ini sesuatu yang harus kita antisipasi bersama dalam keadaan surplus ternyata beras sampai di pasar itu sudah di atas HET," jelas Khofifah.
Untuk mengatasi kenaikan harga beras tersebut, urai Khofifah, Pemprov Jatim telah melakukan operasi pasar murah di 21 tempat. Pasar murah itu untuk bisa merespons keterjangkauan daya beli masyarakat.
"Saya sampaikan maka ini adalah bagian dari awareness kita bersama bahwa krisis pangan ini menjadi PR dunia dan kita bersama. meskipun Jawa Timur surplus, kita harus berbagi ke provinsi-provinsi yang lain," ulasnya. (*)