KETIK, JEMBER – Usai mengembalikan berkas pendaftaran bakal calon bupati di partai berlogo banteng merah moncong putih, mantan bupati dr. Faida melanjutkan langkah politiknya ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Faida datang ke kantor penjaringan yang berada di Jalan Melati, kompleks Pondok Pesantren Riyadlus Sholihin, Gebang, Jember pada Minggu (19/5/2024).
Baginya lokasi itu bukan hal yang asing. Ponpes tersebut merupakan tempat belajar mengaji semasa kecilnya.
Kedatangannya kali ini menyambung kembali hubungan yang sempat renggang menjelang akhir masa jabatannya pada periode 2015-2020. Sebab berseteru dengan seluruh partai, termasuk PPP.
Kendati demikian, di hadapan puluhan pengurus PPP, ia justru membanggakan capaian kinerjanya selama menjabat bupati. Sebagai bupati Jember perempuan pertama, ia mempedulikan kalangan guru ngaji, pesantren, dhuafa, dan pelayanan kesehatan sampai tingkat kecamatan.
Ia berjanji akan meneruskan kembali program-program yang pernah diinisiasinya dulu jika terpilih kembali dalam Pilkada serentak 2024.
"Karena itu kita akan menyiapkan bedah musholla dan program guru ngaji. Untuk mereka yang karena kesehatan dan udzurnya tidak lagi mampu mengajar, tetap kita beri penghormatan,” paparnya di sela-sela acara.
Bahkan, ia merencanakan pembuatan kartu santri yang akan dikelola oleh pesantren untuk biaya makan sehari-hari.
Selain itu, ia juga mengenang akhir masa jabatannya sebagai bupati yang harus memimpin di masa Pandemi Covid hingga akhir tahun 2020.
“Di masa itu menuntut saya sebagai pemimpinnya sehingga bisa menuntaskan reformasi 50 puskesmas secara tuntas,” papar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) itu.
Revitalisasi itu, disebutnya dapat mengatasi masalah kapasitas rumah sakit yang tidak mampu menampung pasien Covid. Sebab puluhan puskesmas yang tersebar di 31 kecamatan dapat menampung pasien rawat inap.
“Tidak ada satupun kota di Indonesia yang rumah sakitnya bisa menampung seluruh pasien Covid. Beruntung, kita punya puskesmas rawat inap sehingga masih bisa berbagi. Itu jadi pengalaman berharga karena belum tentu 100 tahun sekali ada,” lanjutnya.
Dia juga sempat menyinggung bupati penerusnya yang kurang memperhatikan kebijakannya soal penyediaan ambulan desa gratis.
“Kalau dulu ada warga yang sakit, RT/RW tinggal telpon ambulan karena yakin gratis. Tapi sekarang tidak lagi. Kebutuhan kesehatan seharusnya ditanggung negara,” ujar pemilik Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS) ini.
Sementara, Ketua PPP sekaligus Pengasuh Ponpes Riyadlus Sholihin, Muhammad Madini Farouq mengakui jika ada kedekatan Faida dengan ponpes.
“Beliau ini ibaratnya kakak saya karena lebih senior sedikit dari saya. Beliau ngajinya juga ke ibu saya. Jadi bagi kami di Riyadlus Sholihin, beliau bukan orang baru,” tutur Gus Mamak, sapaan akrabnya, saat dikonfirmasi awak media.
Gus Mamak juga menyebut, kedatangan Faida untuk memperbaiki kekurangan di masa lalu. “She's come back to recovery. Dia datang kembali untuk memperbaiki. Orang kalau ingin memperbaiki yang kurang baik di masa lalu, harus kita beri kesempatan,” ujarnya.
Faida merupakan tokoh kedua yang datang ke penjaringan bakal calon bupati yang digelar PPP untuk Pilkada Jember. Sebelumnya ada petahana bupati Jember saat ini, Hendy Siswanto yang hadir mendaftar ke PPP di hari pertama dibuka pendaftaran.
Hingga hari ini, Faida telah mendaftar ke enam partai. Diantaranya Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Nasdem, Partai Kesejahteraan Sosial, Partai Golongan Karya, dan terakhir Partai Persatuan Pembangunan.(*)