KETIK, SURABAYA – Gang Dolly, nama ini sudah tidak asing lagi bagi warga kota Surabaya. Kawasan Gang Dolly yang melegenda itu dikenal sampai Asia Tenggara. Pasalnya, kampung ini semula identik sebagai tempat prostitusi alias esek-esek .
Gang Dolly dan kampung Jarak, dua nama tersebut lokasinya di Kecamatan Sawahan, Surabaya. Dulu kampung ini dikenal sebagai kawasan hitam.
Karena perkembangan kota, kedua kawasan di atas bebas dari prostitusi kini diklaim sebagai kawasan putih. Bisnis prostitusi di kawasan ini sudah berubah total. Wisma atau rumah usaha haram tersebut sudah menjadi kawasan bisnis.
Kawasan hitam Gang Dolly, jadi tempat usaha esek esek sejak tahun 1970-an. Tempat prostitusi ditutup tahun 2014. Ketika itu, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menabuh genderang perang dan memberanikan diri menutup kawasan prostitusi tersebut.
Sepanjang jalan Gang Dolly, dulu dipadati rumah-rumah bordil. Rumah tersebut menggunakan nama Wisma. Di antara bangunan wisma yang terkenal adalah Wisma Bar Bara.
Semua bangunan wisma kini sudah beralih fungsi. Ada yang digunakan untuk usaha meracangan, kios, depot, laundry, dan rumah kos-kosan. Bagi pemilik rumah di sana ada yang membuka cafe atau wakop. Ada pula bekas wisma yang dijadikan tempat khusus karaoke.
Wisma Bar Bara yang terkenal itu sudah diratakan dengan tanah. Salah satu bekas Wisma tersebut sudah dibangun gedung tingkat empat. Di bangunan ini digunakan untuk kegiatan UMKM. Pengusaha yang tergabung dalam UMKM ada yang memproduksi sandal atau sepatu, tas, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Pemilik Wisma Bar Bara ternyata mempunyai enam aset bangunan gedung di kawasan Gang Dolly dan Jarak. Semua bangunan wisma Bar-vara sudah tinggal kenangan. Sebab, bangunan atau lahan pemilik wisma Bar Bara sudah dibeli oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Dua bangunan milik wisma Bar Bara dirobohkan. Kini lokasi tersebut dibangun gedung empat lantai. Satu lahan di samping bekas wisma Bar Bara dibangun gedung pasar burung.
Gedung bekas wisma Bar Bara berlantai empat itu, selain kegiatan UMKM dijuga digunakan tempat Kelompok Usaha Bersama (KSB). Anggota KSB adalah Masyarakat Mandairi Putat Jaya.
Mereka yang tergabung di tempat ini merupakan pengusaha dan pengrajin binaan. Mereka yang tergolong pengusaha binanaan tersebut ada warga di Putat Jaya dan mereka yang dulu bekerja wisma.
Sayang,.pasar burung “ Dolly” , sementara beralih fungsi. Sebab, pedagang burung yang ada di lahan Banyu Urip tidak mau pindah ke lokasi yang disediakan Pemkot Surabaya.
Pasar Burung di Gang Dolly ada 12 stand. Stand yang tersedia tidak ada yang digunakan pedagang burung. Alasan pedagang burung tidak bersedia direlokasi di tempat baru karena terlalu jauh dari tempat yang lama.
”Sejak pasar burung ini diresmikan, tidak ada pedagang burung yang pindah ke sini," kata Andri.
Dia adalah petugas “Surabaya Tangguh” yang menempati salah satu stand di pasar tersebut.
Semua stand di pasar burung tersebut kini ditempati warkop, pedagang barang kelontong. Lokasi bagian dalam pasar sering digunakan kegiatan Karang Taruna. Satu stand di dekat pintu masuk dimanfaatkan untuk pos polisi.
Sejak bebas dari prostitusi, Pemkot Surabaya terus membenahi kawasan tersebut. Bangunan bekas Wisma Studio, di Jalan Jarak Nomor 20, dijadikan Sentra Wisata Kuliner (SWK).
"Ya, nama studio ini sebagai kenang-kenangan. Dulu wisma ini namanya memang Studio “ kata Johanes Andi, kepada Ketik.co.id, Sabtu (20/01/24)
Andi, salah satu pengurus harian SWK Studio mengatakan, kegiatan sentra ini dipantau oleh Dinas Koperasi Surabaya. Konter atau rombong yang ada di SWK belum sepenuhnya terisi.
SWK Studio ada 12 konter kuliner. Di lantai atas ada sebuah ruang yang luas. Tempat tersebut dimanfaatkan ibu-ibu untuk kegiatan kuliner.
“Sebelum Covid 19 di SWK berjalan lancar. Pengurus sekarang berusaha meramaikan kembali SWK seperti sebelum Covid 19”, katanya.
Pengurus SWK kini terus berusaha melakukan promosi untuk meramaikan SWK Studio. Misalnya, akan menggandeng mahasiswa Unair, Petra dan serta pihak swasta.
"Promosi sangat diperlukan guna mengembangkan SWK Studio agar ramai lagi," kata Andi, didampingi ketuanya Ibu Anjari. (*)