KETIK, JAKARTA – Kesenian Gamelan dan Wayang menjadi media pembelajaran yang diminati oleh guru dan siswa di London, Inggris. Kabar baik ini sekaligus mengingatkan anak muda Indonesia untuk semakin mencintai warisan budaya leluhur.
“Gamelan diterima sangat baik oleh para murid, guru, dan orang tua. Anak-anak begitu antusias saat pertama kali melihat perangkat gamelan," Aris Daryano, diaspora dan pelaku budaya Indonesia di London.
Aris adalah budayawan yang berjasa menelurkan gagasan education based people-to-people diplomacy di London. Berkat kreativitas dan ketekunannya, Aris telah berpengalaman mengajarkan gamelan dan wayang untuk masyarakat dari berbagai usia di Inggris.
Selain belajar bermain gamelan, para murid juga membuat prakarya dari kertas yang menampilkan beberapa tokoh wayang dalam cerita, seperti tokoh hewan mitologi Nusantara.
“Pihak sekolah sangat mengapresiasi inisiatif ini karena konten pembelajaran gamelan dan wayang selaras dengan kurikulum kami,” ungkap Holly Schow selaku guru kelas.
Dalam proyek ini, para murid juga berkesempatan untuk belajar beberapa konsep yang relevan dengan mata pelajaran mereka, seperti desain dan teknologi melalui pembuatan wayang dari kertas, sains melalui pengaturan cahaya dan bayangan pada layar, storytelling melalui cerita rakyat nusantara, geografi, musik, drama, dan seni rupa.
Selain itu, proyek yang diikuti para murid menurut Aris dapat membangun kesadaran berbudaya (cultural awareness), sebagai modal menjadi masyarakat dunia (global citizen) di kemudian hari.
“Semoga kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan dan semakin banyak sekolah dan murid yang dapat berpartisipasi,” ucap Aris Daryono.
Salah satu contoh antusiasme siswa kepada wayang dan gamelan adalah para siswa Sekolah Dasar (SD) St. Matthew’s School. Mereka tampil memukau di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London pada Kamis (25/5/2023).
Mereka membawakan cerita khas Indonesia dalam sebuah kemasan pertunjukan yang menggabungkan unsur kesenian seperti wayang, gamelan, dan cerita rakyat.
Selama sekitar satu jam, para murid kelas 6 SD tersebut menampilkan cerita yang diadaptasi dari legenda Roro Jonggrang.
Dengan memanfaatkan permainan gamelan dan wayang, kegiatan program diplomasi seni dan budaya “Indonesia Goes to School”, makin diminati sekolah-sekolah di London.
Kegiatan yang bertujuan untuk mempromosikan nilai budaya Indonesia ke sekolah-sekolah di London ini berguna untuk memperkenalkan seni dan budaya Indonesia dan mengintegrasikan ragam muatan edukatif.
Selain itu, alur cerita yang menarik dalam pertunjukan mengandung muatan pembelajaran yang menggabungkan unsur sains, geografi, bahasa, sejarah, dan ecotourism.
Para guru dan orang tua murid yang hadir pada kesempatan ini mengaku senang sekaligus bangga menyaksikan kebolehan anak-anak mereka.
“Anak-anak ini hanya berlatih lima hari, itupun tidak sampai dua jam perhari. Namun mereka mampu mementaskannya dengan baik dan menyerap wawasan tentang Indonesia dengan cepat,” tambah Aris.
Salah satu murid, Skylah menyampaikan pengalamannya. “Belajar gamelan membuatku tahu lebih banyak tentang Indonesia,” ujarnya.
Sementara murid lainnya, Thomas, menyenangi gamelan karena keindahan suaranya. “Aku sangat suka gamelan, suaranya menenangkan hati. Aku senang sekali bisa belajar bermain gamelan,” tambah Thomas.
Di akhir acara, para orang tua sangat antusias berinteraksi dengan para murid dan pengajar. Mereka menanyakan banyak hal terkait gamelan dan pengalaman anak-anak mengikuti proyek ini.
Melalui program Indonesia Goes to School diharapkan komunitas internasional di Inggris semakin mengenal seni dan budaya Indonesia yang bermuara pada citra positif Indonesia di mata masyarakat global.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI London, Khairul Munadi, menyebutkan bahwa pihaknya akan terus mendorong pengenalan seni dan budaya Indonesia ke sekolah-sekolah di Inggris dan Irlandia. Seperti mengenalkan wayang dan gamelan sebagai media pembelajaran interaktif.
“Semoga, ke depan, program ini bisa menjangkau lebih banyak sekolah di seantero Inggris dan Irlandia,” pungkas Khairul. (*)