KETIK, SURABAYA – Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga (FPK Unair) Dr Eng Sapto Andriyono SPi MT mengingatkan dampak pembangunan Proyek Strategis Nasional Surabaya Waterftont Land (PSN SWL).
Ia mengatakan, jika pemerintah masih bersikukuh membangun PSN SWL, maka akan timbul dampak negatif ekologis akibat dari proses reklamasi di pesisir timur Surabaya.
Dalam proses pembangunan nantinya alat berat yang memuat material reklamasi akan membuat air laut menjadi keruh. Hal tersebut berdampak pada kehidupan biota laut, termasuk hilangnya ikan dari pesisir.
"Saat reklamasi terjadi, efeknya adalah timbul kekeruhan. Alat berat, material, pengeboran, dan lain-lain menyebabkan perairan keruh. Akibatnya hasil tangkapan akan berkurang," jelas Sapto, Rabu (14/8/2024).
Selain itu, akan muncul efek domino karena ekosistem laut saling terhubung. Perubahan pada suatu bagian akan berpengaruh secara keseluruhan di daerah sekitar.
Dengan demikian, dampak kekeruhan dan gangguan yang terjadi di satu pesisir dapat menyebar ke perairan sekitar.
"Dalam konteks ini, kita tidak bisa membahas Surabaya saja. Laut itu borderless, tidak terbatas pada satu kawasan. Jadi, efeknya bisa sampai ke Gresik, Sidoarjo, Pasuruan, dan seterusnya," tambahnya.
Sebagai solusi dari beragam dampak negatif yang nantinya muncul saat proses pembangunan PSN SWL, ahli dalam bidang Biologi Kelautan, Akuakultur, dan Ekologi Molekuler tersebut menekankan pentingnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dalam proyek reklamasi Surabaya.
Amdal merupakan alat yang krusial untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi dampak lingkungan dari proyek reklamasi. Proses Amdal nantinya melibatkan konsultasi publik untuk mempertimbangkan kekhawatiran masyarakat lokal.
"Amdal ini sangat penting untuk mengetahui dampak-dampak lingkungan yang mungkin terjadi akibat reklamasi. Jadi, Amdal harus benar-benar matang," pungkasnya.(*)