KETIK, MALANG – Tuntutan untuk mengalihkan subsidi dari Bus Halokes ke sopir angkot Kota Malang kembali mencuat. Pasalnya para sopir angkot pada Selasa (1/8/2023) menggeruduk Balai Kota Malang untuk menagih janji tersebut.
Namun Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang Widjaja Saleh Putra mengaku masih akan mengkaji kebijakan tersebut. Mengingat Bus Halokes yang digunakan untuk antar jemput siswa sekolah merupakan kewenangan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang.
"Sekarang dikaji, dan berdiskusi dengan Disdikbud. Nanti mekanismenya bagaimana, pemanfaatan bis untuk apa, itu harus dipertimbangkan. Jangan sampai kebijakan ditetapkan malah menambah masalah," seru Widjaja.
Banyak sopir angkot mengeluhkan berkurangnya pendapatannya akibat penurunan jumlah penumpang. Terlebih dari kalangan anak-anak sekolah. Mereka berharap angkot dapat menggantikan peran bus sekolah dalam mengangkut para pelajar.
"Bahwa katanya anak-anak sekolah itu pangsa pasarnya mereka. Selama ini angkot tidak dapat penumpang anak-anak sekolah karena diangkut oleh Bus Halokes. Mereka maunya anak sekolah, mereka saja yang mengangkut," terangnya.
Namun, Widjaja menegaskan bahwa pengalihan bantuan perlu dikaji secara mendalam. Mengingat tujuan awal Bus Halokes ialah memberikan subsidi transportasi gratis bagi siswa sekolah.
"Tapi kan perlu kajian. Padahal tujuannya ada bus sekolah kan untuk subsidi secara gratis bagi siswa sekolah di Kota Malang," tambah Widjaja.
Ia mengungkapkan bahwa pihaknya belum dapat memastikan kapan keputusan tersebut dapat diambil.
Di sisi lain, sekitar 1.166 angkot telah mendapatkan bantuan sebanyak dua kali dari Pemkot Malang. Masing-masing angkot mendapatkan Rp 300.000 tiap bulannya.
"Di tahun 2023 ini sudah ke dua kalinya bantuan diberikan untuk 1.166 angkot. Ada Rp 300.000 per bulan yang diberikan sejak April 2023. Selanjutnya yang akan datang ini akan ke tiga kalinya bantuan diberikan," sebutnya. (*)
