KETIK, SIDOARJO – Akurasi hasil survei ibarat kompas yang berfungsi sebagai navigator bagi calon kepala daerah (cakada). Berbekal hasil survei yang akurat, cakada dapat melakukan langkah-langkah strategis demi memenangi pilkada. Reputasi lembaga survei menentukan.
Direktur Lembaga Survei Accurate Research and Consulting Indonesia (ARCI) Baihaki Sirajt, hasil akhir sebuah pemilihan kepala daerah (pilkada) bergantung banyak faktor. Di antaranya, dukungan politik, platform kampanye, dan kebijakan. Lembaga survei berperan menunjukkan peta menuju kemenangan itu.
Lembaga survei akan memberikan pandangan, gambaran, sekaligus pemetaan lapangan yang objektif tentang posisi dan potensi kandidat kontestasi politik. Sebagai produk ilmiah, hasil survei merupakan alat ukur utama dalam menentukan pemenangan pertarungan elektoral seorang calon.
”Fenomena vote buying atau politik uang juga bukan satu-satunya ukuran kekuatan kandidat,” ungkap Baihaki Sirajt.
Menurut Baihaki Sirajt, hasil survei yang akurat berperan sangat signifikan untuk menggambarkan peta politik secara riil. Mengapa?
Pertama, hasil survei merupakan produk ilmiah sehingga memiliki legitimasi. Hasil survei lebih dipercayai publik karena dilakukan dengan metode yang teruji dan dapat dipertanggungjawabkan. Pimpinan lembaga survei adalah orang-orang yang kredibel di bidangnya.
Hasil survei dapat menghindarkan kandidat pilkada maupun parpol dari pendataan yang tidak akurat. Misalnya, data dari tim relawan. Data yang tidak dapat dipertanggungjawabkan berdampak pada strategi dan langkah-langkah yang salah. Akibatnya, hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan realita di lapangan.
”Beda dengan hasil survei yang akurat. Data itu bisa menjadi acuan bagi kandidat pilkada maupun parpol peserta pemilu,” papar Baihaki Sirajt.
Kedua, hasil survei dapat meningkatkan kesadaran kandidat terkait popularitas dan elektabilitas. Misalnya ada figur yang semula tidak punya niat mencalonkan diri dalam pilkada. Padahal, namanya selalu muncul dan punya elektabilitas tinggi dalam survei. Partai-partai pun mendekati dan mencalonkannya.
”Sebaliknya, ada kandidat yang memang berniat maju dalam kontestasi pemilu. Namun, hasil surveinya belum menjanjikan. Kandidat itu bisa segera membuat strategi lain untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas,” tandasnya.
Ketiga, hasil survei yang akurat dapat menjadi data bagi partai politik dalam proses seleksi kandidat. Baik calon anggota legislatif, calon presiden, maupun calon bupati/wali kota. Gallagher and Marsh´s (1988) menyebutkan bahwa rekrutmen politik sebagai secret garden of politics.
Hasil survei bisa menjadi solusi bagi partai. Sebab, ada partai tertentu yang memiliki aturan baku. Bahwa penentuan kandidat hanya merupakan hak prerogatif elite partai di pusat. Bahkan, menjadi hak ketua umum partai, sekretaris umum, atau badan pemenanggan pemilu saja.
”Nah, hasil survei dapat dijadikan rujukan bagi elite partai dalam menentukan kandidat. Dengan demikian, seleksi kandidat tidak hanya berdasar ’kedekatan’, tapi sesuai dengan realita yang ada,” terang Baihaki Sirajt.
Keempat, hasil survei dapat membentuk opini publik dan memunculkan ”bandwagon effect” kecenderungan mengikuti tren mutakhir. Misalnya, seorang kandidat selalu menempati posisi tertinggi dalam survei. Akan terbentuk opini bahwa dialah yang akan memenangi pilkada. Muncullah pragmatisme politik.
Partai-partai akan cenderung mendekati kandidat yang surveinya paling bagus itu. Masyarakat pun bakal ramai-ramai mengikuti kecenderungan tersebut. Bahkan, pemilih yang belum punya pilihan akan memilih kandidat yang paling berpotensi menang. Dasarnya adalah hasil suvei yang benar-benar akurat. Lembaga survei yang terbukti kredibel.
Baihaki Sirajt mencontohkan kontestasi Pilpres 2024 lalu. Sepanjang 2022 sampai puncaknya pada 2024, banyak lembaga survei yang merilis temuan terkait Pemilu 2024. Baik popularitas maupun elektabilitas partai politik serta calon presiden dan wakil presiden.
Saat itu, Accurate Research and Consulting Indonesia (ARCI) merilis hasil survei pada awal Januari 2024. Dalam hasil survei berjudul Meneropong Pilpres Satu Putaran itu, ARCI merilis kemenangan mutlak Prabowo-Gibran.
Elektabilitas Prabowo-Gibran mencapai angka 58,4 persen, Anies-Cak Imin (AMIN) 20,9 persen, Ganjar Pranowo-Mahfud MD 19,3 persen.
”Hasil finalnya, sesuai ketok palu di Mahkamah Konstitusi, pemenangnya persis sesuai teropongan riset ARCI yang dirilis januari itu,” tegas Baihaki Sirajt. (*)